Minggu, 08 Desember 2019

Iluminasi

Bagaimana Qur'an diproduksi pada masa lampau? (3)
Iluminasi 

Pada masa lampau, dalam penyalinan mushaf Al-Qur'an, tampaknya melibatkan dua profesi berbeda, yaitu juru tulis dan juru hias naskah. Berdasarkan warisan mushaf yang ada, kita dapat memperkirakannya. Mushaf koleksi Museum Negeri Aceh di bawah ini merupakan contoh yang baik. Iluminasi pada halaman awal mushaf ini telah selesai dikerjakan oleh juru hias naskah (iluminator), namun belum sempat ditulisi ayat oleh sang juru tulis. Sebaliknya, pada gambar terakhir di bawah, ayat Al-Qur'an telah selesai ditulis, namun meninggalkan bagian kosong di sekitar teks untuk iluminasi yang akan dikerjakan oleh sang juru hias.
Halaman iluminasi awal mushaf yang masih kosong. 
(Koleksi Museum Negeri Aceh, No. 4028).

Sabtu, 07 Desember 2019

Cap Kertas dan Cap Tandingan dalam Kertas Eropa

Berapakah ukuran kertas Eropa utuh? Tidak gampang menjawabnya, karena di lapangan, biasanya yang kita dapati adalah kertas Eropa yang sudah digunakan dalam bentuk codex atau manuskrip jadi. Oleh karena itu, kertasnya sudah dilipat dua (atau empat, tergantung ukuran naskahnya), dan sudah dipotong bagian tepinya. Kita tidak tahu kertas Eropa utuhnya berukuran berapa cm. Kita pun mungkin tidak tahu posisi watermark (cap kertas) dan countermark (cap tandingan) itu sesungguhnya seperti apa dalam lembaran utuh kertas Eropa. Nah, di bawah ini adalah contoh menarik, dari sebuah lembaran yang belum sempat dijilid dan dipotong!
Lembaran utuh kertas Eropa asal Italia. (Naskah Kesultanan Kotaringin, Kalimantan Tengah).

Singapura

Mushaf di Masjid Sultan Singapura

Jika Anda memegang kamera dan menemui sesuatu yang Anda anggap penting, sebaiknya langsung dijepret! Bisa jadi, itu satu-satunya kesempatan, dan tidak ada kesempatan kedua! Hehe... Dan saya merasa beruntung, pada awal bulan Maret 2019 lalu ketika berkunjung ke Masjid Sultan Singapura sempat memotret beberapa mushaf lama yang ada di masjid terkenal ini. Nah, awal November 2019, ketika saya berkunjung lagi ke masjid ini, mushaf-mushaf tersebut sudah tidak ada lagi, entah di mana. Namanya mushaf tua, kapan saja bisa dipindahkan, bahkan, kapan saja bisa dimusnahkan... 
Dalam bahasa Jawa ada istilah "Qur'an amoh (rusak)". Kata-kata ini juga kadang digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak ada manfaatnya lagi, tapi membuangnya adalah mustahil. Tidak bisa digunakan lagi, karena sudah rusak, tapi menjaganya juga 'sia-sia', akan membuang waktu dan tenaga ... 
Oleh karena itu, jadi masuk akal, Qur'an amoh itu biasanya dibakar! Ini cara yang paling lazim untuk memusnahkan benda mulia yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Kita sering mendengar santri atau pengurus masjid bercerita pengalamannya membakar Qur'an yang sudah usang. Jadi, Qur'an tua yang masih bisa kita saksikan sekarang adalah sesuatu yang istimewaitulah Qur'an yang 'selamat'!
Baik, inilah beberapa mushaf tua yang pernah menghiasi rak dan digunakan di Masjid Sultan Singapura. Siapa tahu bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
Masjid Sultan dan kawasan Kampung Gelam dilihat dari Village Bugis Hotel.