Minggu, 23 Desember 2012

Sejak kapankah munculnya nomor ayat dalam mushaf Qur'an?

Sepertinya, belum banyak kajian mengenai penomoran ayat dalam mushaf Al-Qur’an. Sejak kapankah munculnya? Pertanyaan ini menarik untuk diajukan, karena dalam manuskrip (tulisan tangan) Al-Qur'an, baik di Nusantara maupun umumnya dunia Islam, hingga pertengahan abad ke-19, semua (?) mushaf Al-Qur’an tidak ada yang memiliki nomor ayat.
Ada beberapa buku dan katalog yang memuat contoh-contoh mushaf di dunia Islam. Di antaranya, The 1400th Anniversary of the Qur’an (Istanbul: Antik AS, 2010), Ninety-Nine Qur’an Manuscripts from Istanbul, M Ugur Derman (Istanbul: Turkpetrol Vakfi, 2010), juga katalog Qur’ans and Bindings from the Chester Beatty Library, David James (London: World of Islam Festival Trust, 1980), serta The Qur’an (London: World of Islam Festival, 1976). Contoh-contoh Qur’an dari Spanyol, Afrika Barat, Afrika Utara, Turki, Persia, hingga India, dari masa awal hingga abad ke-19, yang dimuat dalam buku dan katalog tersebut tidak ada satu pun yang memiliki nomor ayat! Lalu, sejak kapankah mushaf Al-Qur’an bernomor ayat?
Qur'an edisi Abraham Hinckelmann (Hamburg, Jerman, 1694) yang bernomor di awal ayat.

Rabu, 12 Desember 2012

Obituari David James

David James (1941-2012)

David James adalah salah satu peneliti mushaf terkenal yang telah melahirkan beberapa karya penting. Di bawah ini adalah obituari yang ditulis oleh Dr Geoffrey Roper, seorang konsultan bibliografi.

Dr David Lewis James, historian of Islamic art and manuscripts, died on 22 November 2012 at his home in Ronda in Spain, at the age of 71. He leaves a daughter and two sons. A graduate in art from the University of Newcastle, his postgraduate studies at the University of Durham were, apart from Arabic language, entirely in the field of Islamic art, more especially miniature painting and calligraphy. In 1969 he was appointed Islamic curator at the Chester Beatty Library & Gallery of Oriental Art in Dublin, where he soon acquired a solid reputation in the field of Islamic manuscripts and related arts, supported by a number of significant scholarly publications, as well as some more popular articles, during the 1970s and 1980s. He later worked on secondment to the Nour Foundation in London, producing lavish scholarly catalogues of some of the finest MSS in the Khalili Collection. At both these institutions he acquired and demonstrated a particular expertise in the great Qur’an MSS of the Mamluk and Ilkhanid periods, which was enhanced by research in other important libraries and museums.

Selasa, 11 Desember 2012

Qur'an Kecil, "Qur'an Istanbul"

Banyak orang bertanya-tanya tentang Qur'an kecil, mini, yang umumnya mereka warisi dari keluarganya. Qur'an kecil itu biasanya disebut "Qur'an Istanbul", "Istambul", atau "Stambul". Dua hal yang umumnya menjadi pertanyaan, yaitu apakah itu tulis tangan atau cetakan, dan kapan Qur'an ini dibuat. Untuk pertanyaan pertama, Qur'an kecil seperti itu (hampir) bisa dipastikan adalah cetakan, bukan tulis tangan. Dan karena dahulu umumnya dicetak di Istanbul, maka nama kota itu melekat menjadi sebutan, "Qur'an Istanbul". 
Gambar 1. Qur'an kecil cetakan Istanbul.

Jumat, 07 Desember 2012

Qur'an di Bangkok

Thailand
Koleksi mushaf di tiga masjid di Bangkok, dll.

Qur’an yang berasal dari Thailand (khususnya Pattani, Thailand Selatan) terdapat dalam koleksi beberapa lembaga di Malaysia, di antaranya di Perpustakaan Negara Malaysia, Islamic Arts Museum Malaysia, Museum Seni Asia (Universiti Malaya), dan Kandis Resource Center (Kelantan). Sedangkan informasi dari Thailand sendiri sejauh ini sangat sulit diperoleh. Pada tahun 2009 saya pernah mencapai Kota Bharu, Kelantan, dan berharap bisa masuk ke Patani. Namun, kata beberapa orang di Kelantan, situasi kurang kondusif. Nah, baru-baru ini, melalui media sosial facebook, Sukre Sarem, warga Bangkok, menginformasikan bahwa di tiga masjid di sekitar Bangkok menyimpan paling tidak tiga Qur’an lama, yaitu (1) di Masjid Tonson dan (2) Masjid Banglung (Bangkok), serta (3) Masjid Darossaadah Ban Paklad Prapadang Samutprakran (selatan Bangkok). 
Dilihat dari iluminasinya, ketiga Qur'an di bawah ini mempunyai ciri yang sama dengan sejumlah Qur'an asal Patani koleksi beberapa lembaga di atas. Dapat diperkirakan bahwa ketiga Qur'an ini juga berasal dari Patani. Yang paling menonjol dari ciri itu, dan membedakannya dari ciri iluminasi dari wilayah lainnya di Nusantara, adalah bagian luar halaman yang dibiarkan kosong, bersih. Ini berbeda dengan iluminasi Qur'an dari Terengganu, untuk sekadar contoh, yang memanfaatkan halaman secara penuh, dan hampir tidak ada yang tersisa (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/malaysia-museum-negeri-terengganu.html).  
Informasi lainnya, dari orang yang sama, adalah sebuah mushaf yang dikatakan dari kekhalifahan Usmaniyah (Gambar 4), namun tidak disebutkan dalam koleksi siapa. Dikatakan bahwa mushaf yang berada di Bangkok tersebut dibeli dari Mekah. Tetapi, jika melihat ciri iluminasinya, dapat diduga kuat bahwa mushaf tersebut adalah mushaf dari Nusantara, dan tidak tampak ciri-ciri sebagai mushaf dari kekhalifahan Usmaniyah. Iluminasinya dapat dibandingkan dengan sebuah mushaf koleksi Bayt al-Qur'an & Museum Istiqlal (lihat https://www.facebook.com/photo.php?fbid=242741115779575&set=a.242740989112921.69300.216356611751359&type=3&theater). Iluminasi tengah mushaf pada permulaan Surah al-Isra' menunjukkan adanya kemiripan dengan Mushaf La Lino yang berasal dari Kesultanan Bima, Nusa Tenggara Barat. Meskipun demikian, berdasarkan iluminasinya, Mushaf La Lino diduga sesungguhnya berasal dari kesultanan Terengganu, pantai timur Semenanjung Malaya.
 
Gambar 1. Mushaf di Masjid Tonson, Bangkok. [Photos courtesy of Sukre Sarem]

Minggu, 02 Desember 2012

10.000 klik

Ketika Blog 10.000 klik
Sekadar Catatan

Blog ini adalah 'reinkarnasi' dari blog saya sebelum ini <http://mushafnusantara.blogspot.com/> yang tidak bisa di-update lagi, namun hingga kini masih gentayangan di 'alam sana': terlihat tapi tak tersentuh ... Waktu itu password saya dibajak orang, sehingga blog tidak bisa dibuka dan diedit lagi. Setelah vakum dua tahun, 10 bulan lalu timbul kembali keinginan menerbitkan blog, dan saya pilih alamat yang mirip: <http://quran-nusantara.blogspot.com/>. Nah, sejak saya mengunggah artikel pertama kali tanggal 8 Februari 2012, blog gratisan ini telah diklik sebanyak 10.000 kali lebih. Tentu saja itu bukan angka besar, dan hanyalah hitungan berdasarkan angka otomatis di blog ini dengan segala kekurangannya: klik yang benar-benar hanya klik! Sebab, tidak ada beda antara klik yang tidak sengaja dengan klik yang sengaja, dan tidak ada beda antara klik karena “tersesat” dan klik karena memang mencari. Biarlah itu apa adanya. Tapi, angka 10.000, angka dengan lima digit, bolehlah dibuat sekadar catatan, untuk sekadar sebagai peringatan – apa pun maknanya.

Minggu, 25 November 2012

Qur'an Bombay 2000

Mushaf al-Qur'an Bombay Terbitan PT Karya Toha Putra, 2000

Setelah berkeliling ke sejumlah toko di Jakarta, Bogor, juga Semarang, akhirnya ketemu juga yang saya cari: Qur'an Bombay! Saya agak keliru, karena semula saya duga masih banyak beredar di pasaran. Rupanya, Qur'an berhuruf tebal asal India yang sejak tahun 1930-an menjadi mushaf utama yang dibaca masyarakat muslim Nusantara, dan beredar secara luas di kawasan ini hingga tahun 1980-an, belakangan ini semakin sulit dicari di toko buku. Sejak sekitar 10 tahun terakhir, para penerbit semakin sedikit yang mencetak mushaf jenis ini. Di antara yang sedikit itu, PT Karya Toha Putra, penerbit besar Qur'an di Semarang, masih mencetak Qur'an ini dengan nama seri "al-Malik" (Penerbit ini menamai setiap jenis Qur'an yang diterbitkannya dengan nama-nama Allah dalam Asma'ul Husna). 

Sabtu, 24 November 2012

Qur'an Museum Purna Bhakti Pertiwi

Jakarta
Qur'an Koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi

Sebuah manuskrip Al-Qur’an yang indah terdapat dalam koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Koleksi itu, berdasarkan ciri fisiknya, tampak ada kemiripan dengan “Kanjeng Kiai Qur’an” yang merupakan Mushaf Pusaka Keraton Yogyakarta (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/quran-pusaka-keraton-yogyakarta.html). Mushaf Al-Qur’an ini berukuran 41,5 x 25 cm, tebal 7,5 cm, dengan cap kertas Honig & Zoonen.
Iluminasi awal Qur’an.

Sumber Umum tentang Qur'an

Sumber Umum tentang Qur'an di Dunia Islam

Online lengkap mushaf indah dari Pantai Timur Semenanjung Melayu koleksi British Library London, serta empat buah mushaf dari Jawa koleksi Prancis, dan sebuah mushaf koleksi Leiden: http://southeastasianlibrarygroup.wordpress.com/2013/03/12/an-illuminated-malay-quran/

Sebuah Qur'an indah dari India: http://britishlibrary.typepad.co.uk/asian-and-african/


Golden pages: Qur'ans and other manuscripts from the collection of Ghassan I. Shaker 
Nabil F. Safwat
Online: http://www.shakercollection.com/co.htm
Spesifikasi dan buku cetaknya dapat dilihat/dibeli di Amazon.com http://www.amazon.com/Golden-Pages-manuscripts-collection-Ghassan/dp/0199201935

Rabu, 21 November 2012

Katalog Pameran

Katalog-katalog Pameran 

(1) Dari Tulis ke Lukis: Pameran Kaligrafi Islam - katalog dalam rangka pameran kaligrafi Islam kontemporer atas kerja sama dengan Lembaga Kaligrafi Al-Qur'an (Lemka) di Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal, Jakarta, 7 Desember 2010 - 31 Maret 2011. 
http://www.scribd.com/doc/58635727/Dari-Tulis-Ke-Lukis-Katalog-Pameran-Kaligrafi
(2) Mushaf Al-Qur'an di Indonesia dari Masa ke Masa - katalog dalam rangka pameran pada Seleksi Tilawatil Qur'an (STQ) Nasional di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 4-11 Juni 2011. 
http://www.scribd.com/doc/58666527/Qur-an-Di-Ind-Dr-Masa-Ke-Masa#
(3) Khazanah Mushaf Al-Qur'an di Kepulauan Riau - katalog dalam rangka pameran pada Perkemahan Pramuka Santri Nusantara di Batam, 2-8 Juli 2012.
http://www.scribd.com/doc/114871936/Katalog-Pameran-BQMI-di-Batam
(4) Mushaf-mushaf Al-Qur'an Istana Nusantara - katalog dalam rangka pameran Festival Museum DIY dengan tema "Museum Goes to Istana", Yogyakarta, 23-28 September 2012.
http://www.scribd.com/doc/114872952/Mushaf-mushaf-al-Qur-an-Istana-Nusantara
(5) Khazanah Mushaf Al-Qur'an Kalimantan Barat - katalog dalam rangka pameran pada Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Internasional Jam'iyyatul Qurra' wal-Huffaz, Pontianak, 3-8 Juli 2012.
http://www.scribd.com/doc/114874262/Khazanah-manuskrip-Qur-an-di-Kalimantan-Barat

Senin, 19 November 2012

Sumber Umum tentang Seni Islam

Sumber Umum tentang Seni Islam

Menarik ditelusuri, "Bridging Cultures Bookshelf": http://bridgingcultures.neh.gov/muslimjourneys/; http://bridgingcultures.neh.gov/muslimjourneys/collections/show/6

Ratusan link lembaga-lembaga internasional yang menyimpan objek seni Islam: http://www.islam-medieval.cnrs.fr/sito_arts_islamiques.php


Koleksi Harvard:

Tidak berhubungan langsung dengan dunia Qur'an, tetapi publikasi online di bawah ini sayang untuk dilewatkan, dan perlu "diselamatkan", sebagai bahan perbandingan. Sebagian bisa diunduh dalam format pdf.

Art of the Islamic World: A Resource for Educators
Edited by Maryam D. Ekhtiar and Claire Moore
Learn about art and culture of the Islamic world and glean ideas for supporting studies of English language arts, math, science, social studies, world history, and visual arts. Each of the units listed below is also available as a downloadable PDF. http://www.metmuseum.org/learn/for-educators/publications-for-educators/art-of-the-islamic-world

Minggu, 18 November 2012

Tashih Mushaf di Malaysia

Mengenal Mushaf al-Qur'an di Malaysia (2)

Tashih Mushaf di Malaysia

Jika di Indonesia tashih mushaf dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, di bawah Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, di Malaysia tashih mushaf dilakukan oleh Lembaga Pengawalan Perlesenan Pencetakan al-Qur'an, di bawah Kementerian Dalam Negeri. Jika di Indonesia teks yang ditashih adalah "Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia" (dan Indonesia memiliki itu, berdasarkan keputusan Menteri Agama RI), di Malaysia teks yang ditashih adalah "Mushaf al-Madinah an-Nabawiyyah" yang pada awalnya diterbitkan oleh Mujamma' al-Malik Fahd li-Tiba'at al-Mushaf asy-Syarif milik Kerajaan Saudi Arabia. Teks mushaf ini ditulis oleh khattat Usman Taha, asal Suriah.

Mushaf Darul Iman Terengganu

Mengenal Mushaf al-Qur'an di Malaysia (1)

Mushaf Darul Iman, Terengganu

Dalam kesempatan melawat ke Negeri Terengganu (semenanjung Malaysia bagian utara, pada sisi pantai timur) akhir Januari 2009, saya sempat memotret tiga mushaf yang ada di Masjid Sultan Zainal Abidin di pusat kota Kuala Terengganu. Qur'an pertama yang saya foto adalah "Mushaf Darul Iman" - rupanya ini adalah mushaf resmi Kerajaan Terengganu Darul Iman. 
Mushaf ini di bawah penyeliaan Yayasan Islam Terengganu, dicetak oleh Syarikat Percetakan Yayasan Islam Terengganu, tahun 1992. Mushaf yang ditulis oleh khattat Usman Taha ini dicetak dengan izin dari Dar as-Samiyah lil-Ma'arif, Damaskus, Syria. Teks yang sama ini juga dikenal dengan nama "Mushaf al-Madinah an-Nabawiyyah" yang ditebitkan oleh Mujamma' al-Malik Fahd li-Tiba'at al-Mushaf asy-Syarif, pusat percetakan Qur'an milik Kerajaan Saudi Arabia.

Penyalin Qur'an (2): Safaruddin, Grobogan(?)

Mushaf ini ditulis oleh Safaruddin, asal Panunggalan (barangkali Panunggalan, Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah?), diterbitkan oleh Penerbit CV Wicaksana, Semarang, tahun 2001. Untuk menegaskan bahwa mushaf ini dengan rasm usmani, di halaman depan ditulis muwafiq li ar-rasm al-usmani (sesuai rasm usmani). Ukuran mushaf 15 x 11 cm. Mushaf ini selesai ditulis pada tahun 1418 H/1998, seperti tercantum di halaman awal dan akhir mushaf, namun baru terbit tiga tahun kemudian, tahun 2001, dengan tanda tashih tertanggal 30 Mei 2001. Tanda tashih ditandatangani oleh H Abdullah Sukarta (Kepala Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an) dan H Muhammad Shohib Tahar (Sekretaris). 
        [Catatan: Tidak banyak yang diketahui tentang riwayat hidup penulis mushaf ini. Jika di antara pembaca ada yang mengetahui riwayat hidup Safaruddin, mohon dapat berbagi melalui kotak komentar di bawah, atau email ke alamat saya: aliakbar.kaligrafi@gmail.com. Terima kasih.]

Rabu, 14 November 2012

Para Penulis Qur'an di Indonesia: Penelusuran Awal

Sejak berabad lampau, ketika mushaf Al-Qur’an masih disalin satu per satu secara manual, para penyalin mushaf Nusantara telah berkarya dengan baik. Banyak mushaf telah ditemukan, tersebar dari Aceh hingga Ternate, atau bahkan mungkin Raja Ampat di Papua. Namun para penyalin mushaf tersebut kebanyakan tidak mencantumkan namanya di dalam mushaf hasil karyanya – barangkali agar tidak mengurangi rasa takzimnya kepada Al-Qur’an, atau alasan lainnya. Dari kolofon yang ada, tidak terlalu banyak nama penyalin yang dapat dicatat hingga berakhirnya tradisi manuskrip pada akhir abad ke-19.
Sejak pertengahan abad ke-19, mengawali teknologi cetak mushaf di Asia Tenggara, pada 1848 Muhammad Azhari menulis dan mencetak mushaf untuk pertama kali di kawasan ini (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/mushaf-cetakan-palembang-1848-mushaf.html). Berdasarkan bukti yang ada, ia juga menyalin mushaf lainnya, dan selesai dicetak pada 1854 (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/quran-cetakan-palembang-1854-kolofon.html). Pada periode cetak awal ini, beberapa penulis Nusantara juga berkarya di percetakan mushaf di Singapura. Di antara penyalinnya adalah Muhammad Hanafi bin Sulaiman as-Sumbawi (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/bali-koleksi-masjid-agung-jami.html), dan (mungkin orang yang sama, atau bersaudara) Haji Muhammad bin al-Marhum Sulaiman Sumbawi (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/mushaf-cetakan-singapura.html).
Tulisan Haji Muhammad bin al-Marhum Sulaiman Sumbawi.

Rabu, 07 November 2012

Koleksi Museum Masjid Agung Jawa Tengah

Jawa Tengah
Koleksi mushaf "Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah"
di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang

Jika Anda peminat kajian naskah atau mushaf kuno, dan kebetulan berada di Semarang, silakan datang ke Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah di kompleks “Masjid Agung Jawa Tengah” – awas, jangan keliru dengan “Masjid Agung Semarang” di Kauman, atau “Masjid Jami’” di Simpang Lima. (Boleh lihat: http://seputarsemarang.com/masjid-agung-jawa-tengah-1726/). Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah menempati lantai dua dan tiga Al-Husna Tower – yaitu menara masjid ini – di bagian depan sisi selatan masjid. Museum ini relatif baru, diresmikan pada tanggal 28 September 2007 oleh Gubernur Jawa Tengah, H Mardiyanto, dan tentu saja dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid yang cukup megah ini.
Koleksi mushaf dan naskah lainnya.

Sabtu, 03 November 2012

Penyalin Qur'an (3): Ustadz Rahmatullah, Demak

Rahmatullah ad-Dimawi - demikian ia menulis namanya di bagian akhir mushaf karyanya yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Demak. Mushaf 30 juz ayat pojok dengan rasm usmani buah tangannya itu diterbitkan oleh Penerbit Asy-Syifa', Semarang, tahun 2000. Ciri hurufnya tebal, mengesankan seperti halnya mushaf asal cetakan Bombay yang disukai secara luas oleh masyarakat muslim Indonesia. Mushaf ini menggunakan model 'ayat pojok' atau 'ayat sudut' yang umum digunakan oleh para penghafal Qur'an.
        Ustadz Rahmatullah telah wafat beberapa tahun lalu. Semasa hidup ia bersama adiknya, Ustadz Mujib - yang juga seorang kaligrafer dan penulis mushaf - mengasuh Pesantren an-Nuriyah di Desa Mutih Kulon, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Selain menulis mushaf, Ustad Rahmatullah banyak menulis khat untuk buku-buku agama yang biasanya terbit di Semarang dan Kudus.
        Sejak sekitar 10 tahun terakhir ini, hampir semua penerbit mushaf di Indonesia "mengambil jalan pintas" memodifikasi kaligrafi Mushaf al-Madinah an-Nabawiyyah untuk mushaf yang mereka terbitkan. Mushaf tersebut diterbitkan oleh Mujamma' al-Malik Fahd li-Tiba'at al-Mushaf asy-Syarif, Saudi Arabia. Kaligrafi yang memang sangat 'cantik' pada mushaf tersebut adalah karya Usman Taha, asal Suriah. Modifikasi kaligrafi "Mushaf Madinah" menjadi "Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia" dengan memanfaatkan teknologi komputer dewasa ini memang adalah cara murah untuk menghasilkan teks mushaf yang siap cetak. Itu adalah jalan pintas, dan tentu saja jauh lebih cepat, dan sangat murah, dibandingkan jika menulis baru. Di tengah 'jalan mudah' para penerbit seperti itu dewasa ini, mushaf dengan kaligrafi karya bangsa sendiri seperti mushaf ini menjadi barang yang mahal, langka, dan membanggakan! Kita harus bangga dengan karya sendiri. Di samping itu, mushaf 30 juz yang ditulis sendirian, bukan tim, juga dewasa ini semakin langka. Mushaf-mushaf indah dan mewah seperti Mushaf Istiqlal, Mushaf Sundawi, Mushaf at-Tin, Mushaf Jakarta, Mushaf Kalimantan Barat, dan Mushaf al-Bantani, semuanya ditulis oleh tim yang terdiri atas beberapa kaligrafer. Maka mushaf yang tampak sederhana seperti ini terasa semakin istimewa. (Semoga penulisnya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah).

(Terima kasih kepada Muhammad Labid atas informasi mengenai Ustadz Rahmatullah)

Kliping Media Massa

Di bawah ini adalah "potongan koran" (dan lain-lain) segala macam tentang Al-Qur'an. Saran atau rekomendasi pembaca untuk mengisi 'kliping' ini sangat kami harapkan. Terima kasih.

Jumat, 02 November 2012

Mushaf Standar Indonesia (Bahriyah) 1991

Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (Bahriyah), 1991

Mushaf ini merupakan salah satu dari tiga jenis Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar_26.html). Di bagian depan mushaf tertulis "Mushaf Ayat Sudut Departemen Agama" - artinya mushaf ini berpola 'ayat sudut' (atau 'ayat pojok'), yaitu setiap halaman, di bagian sudut/pojok bawah-kiri, berakhir dengan penghabisan ayat. Mushaf dengan model seperti ini banyak digunakan oleh para penghafal Al-Qur'an (hafiz), sejak awal kemunculannya pada akhir abad ke-16 di Turki Usmaniyah. Di Turki, mushaf jenis ini disebut ayet ber-kenar.

Kamis, 01 November 2012

Mushaf Standar Indonesia (Usmani) 2011

Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (Usmani), 2011

Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia ini - sesuai dengan catatan di bagian belakang mushaf - dicetak pada tahun 2011, diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI. Mushaf ini dicetak oleh PT Adhi Aksara Abadi Indonesia, sebanyak 653.000 eksemplar - suatu jumlah yang cukup besar, dan meningkat dari tahun ke tahun. Ukuran mushaf edisi ini sedikit lebih besar, yaitu 26 x 18 cm, tebal 2,5 cm. Kulit mushaf tampak lebih mewah, dengan mutu jilidan lebih bagus, warna hijau dengan tulisan "Al-Qur'an al-Karim" warna emas, dikelilingi iluminasi yang ritmis. Di bagian depan mushaf terdapat sambutan Menteri Agama RI Suryadharma Ali, tertanggal 8 Maret 2011. Tanda tashih ditandatangani oleh H Muhammad Shohib Tahar (Ketua Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Qur'an) dan Dr H Ahsin Sakho Muhammad (Sekretaris), tertanggal 17 Oktober 2011.  
Komposisi edisi ini, baik teks Qur'an mapun teks tambahannya, sama sepenuhnya dengan "edisi tulis ulang" sebelumnya (lihat http://quran-nusantara.blogspot.co.nz/2012/11/mushaf-standar-indonesia-usmani-2004.html). Teks Al-Qur'an edisi ini dicetak dengan warna hitam semuanya, berbeda dengan edisi tahun 2008 di mana kata "Allah" dan kata gantinya dicetak dengan warna merah.

Mushaf Standar Indonesia (Usmani) 2008

Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (Usmani), 2008

Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia ini - sesuai dengan catatan di bagian belakang mushaf - dicetak pada tahun 2008, diadakan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen (sekarang Kementerian) Agama RI. Mushaf ini dicetak oleh PT Macanan Jaya Cemerlang, Klaten, Jawa Tengah, sebanyak 75.610 eksemplar. Ukuran mushaf 24,5 x 16,5 cm, tebal 2,5 cm. Kulit warna hijau dengan tulisan warna emas. Di bagian depan mushaf terdapat sambutan Menteri Agama RI Muhammad Maftuh Basyuni. Tanda tashih ditandatangani oleh H Muhammad Shohib Tahar (Ketua Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Qur'an) dan Dr H Ahsin Sakho Muhammad (Sekretaris), tertanggal 28 Mei 2008.
Komposisi edisi ini, baik teks Qur'an mapun teks tambahannya, sama sepenuhnya dengan "edisi tulis ulang" sebelumnya (lihat http://quran-nusantara.blogspot.co.nz/2012/11/mushaf-standar-indonesia-usmani-2004.html). Yang membedakan, pada edisi 2008 ini semua kata "Allah" dan kata gantinya dicetak dengan warna merah.

Mushaf Standar Indonesia (Usmani) 2004

Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (Usmani), 2004

Mushaf Al-Qur'an ini - seperti tercantum di bagian belakang mushaf - diadakan oleh Proyek Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama Pusat Departemen [sekarang Kementerian] Agama RI tahun anggaran 2004 sebanyak 8000 eksemplar. Dapat dikatakan, dengan demikian, bahwa mushaf ini menjadi semacam "edisi resmi" Kementerian Agama RI. Ukuran mushaf 24 x 16 cm, tebal 2,5 cm, warna kulit biru dengan tulisan warna emas. Di bagian depan terdapat kata sambutan oleh Menteri Agama Prof Dr H Said Agil Husin Al Munawwar, MA. Tanda tashih ditandatangani oleh H Fadhal Abdurrahman Bafadal (Ketua Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an) dan H Muhammad Shohib Tahar (Sekretaris), tertanggal 21 April 2004.

Jumat, 26 Oktober 2012

Alas Tulis: Kertas Eropa dan Dluwang

Pada umumnya, kertas/alas tulis yang digunakan untuk menyalin Qur'an di Nusantara adalah kertas Eropa. Disebut demikian karena dibuat di Eropa dan dipasarkan di Nusantara. Pada umumnya, kertas Eropa dibuat di Belanda, Inggris, dan Italia. Kertas Eropa mudah dicirikan, yaitu jika diterawang terdapat garis tebal (chain lines) berjarak sekitar 2,5 cm, dan garis tipis (laid lines) berjarak sekitar 1 mm. Secara fisik, kertas Eropa mirip dengan kertas merek Conqueror pada zaman sekarang.
        Kertas yang digunakan pada mushaf dari Langitan, Tuban, ini juga kertas Eropa. 
Gambar 1. Watermark (kiri) berupa gambar (kadang-kadang di bagian bawahnya disertai huruf),
dan 
countermark (kanan) berupa huruf, 
tertera “M SCHOUTEN & CO”.

Kamis, 25 Oktober 2012

Sampul

Bagaimana Qur'an diproduksi pada masa lampau? (1)

Sampul

Seorang kenalan tadi siang (25/10/2012) membawa sebuah mushaf kuno milik saudaranya, dari Langitan, Tuban, Jawa Timur. Tidak ada kolofon dalam mushaf ini, sehingga pemiliknya ingin tahu kapan kira-kira mushaf ini dibuat. Membuka-buka mushaf tersebut, dan memotretnya, lalu terpikir bahwa mushaf ini cukup baik menjadi contoh bagaimana sebuah mushaf diproduksi pada masa lampau, meski mempunyai beberapa kekurangan. Tentu saja memang tidak ada sebuah mushaf yang benar-benar lengkap bisa mewakili semua aspek produksi sebuah mushaf. 
Baiklah, berdasarkan mushaf ini kita akan melihat beberapa aspek produksi mushaf dari masa lampau, disertai bandingan sejumlah mushaf lainnya yang relevan. Ditulis secara serial, agar tidak terlalu panjang dan membosankan.
Gambar 1. Sampul kulit bersepuh emas.

Minggu, 14 Oktober 2012

Qur'an Jawa Timur

Jawa Timur
Qur’an-Qur'an dari Jawa Timur: Tradisi Dluwang, Indo-Persia, dan Timur Tengah

Banyak mushaf Al-Qur’an dari Jawa Timur yang mencerminkan tradisi lokal, terutama dilihat dari jenis kertas, kaligrafi, dan iluminasinya (Gambar 1, 2, 3, 4). Meskipun demikian, tradisi intelektual masa lalu di Jawa Timur – juga Nusantara secara lebih luas - menghubungkan kawasan ini dengan pusat-pusat Islam di Timur Tengah dan Indo-Persia. Di antara pusat Islam yang terpenting pada masa lalu adalah Haramain, yang merupakan pertemuan berbagai tradisi Islam: Turki, Afrika Utara, Persia, Asia Tengah, dan India. Eratnya hubungan tersebut tercermin dalam beberapa mushaf yang ditemukan di Jawa Timur.
Gambar 1, mushaf koleksi Museum Mpu Tantular, Sidoarjo.

Jumat, 12 Oktober 2012

Qur'an Tanoh Abee, Aceh

Aceh 
Dayah Tanoh Abee, Seulimum, Aceh Besar

Apakah mushaf al-Qur'an itu bukan naskah/manuskrip? Maaf, pertanyaan ini perlu juga ditulis di sini, karena ada sebagian peneliti/penelusur naskah keagamaan yang (sering?) tidak memasukkan mushaf dalam hasil 'buruan'-nya, dan mengabaikan begitu saja di lapangan. Mungkin mereka beranggapan bahwa mushaf bukanlah teks yang unik, dan mungkin, pikirnya, semua mushaf toh sama saja teksnya: buat apa dicatat? Tentu sah-sah saja menganggap seperti itu, karena mungkin penelusuran mereka mempunyai tujuan tertentu. Tetapi, tidak memasukkan mushaf dalam kumpulan naskah, menjadikan gambaran tentang khazanah naskah menjadi kurang utuh! Akhirnya, cita-cita untuk dapat menggambarkan tradisi intelektual, juga aspek lainnya, yang berlangsung pada masa lalu juga menjadi kurang utuh. Mushaf (awas, harap dibedakan dengan Qur'an!), sebagai salah satu benda budaya sebagaimana naskah lainnya, tentu mempunyai banyak aspek yang bisa dipelajari, dan merupakan satu kesatuan bersama 'teman-teman' naskah lainnya. Lebih dari itu, di lapangan kita tahu, akses terhadap naskah itu seperti suatu keberuntungan, seperti suatu kesempatan: tidak akan datang dua kali! Jika kita di lapangan menemukan naskah, perlu dicatat dan didokumentasi saat itu juga (syukur dalam bentuk foto). Kita perlu melakukan apa saja yang bisa kita lakukan, sebab "lain waktu, lain cerita". Jika kita datang untuk yang kedua kali, belum tentu kita bisa mendapatkan kembali naskah yang sama!
Nah, tidak ada hubungannya dengan paragraf di atas, namun agak disayangkan juga, Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee Aceh Besar (disusun oleh Oman Fathurahman dkk, Jakarta: Komunitas Bambu dll, 2010)  tidak memuat koleksi Qur'an yang dimiliki dayah tua nan penting ini. (Informasi selebihnya tentang katalog ini lihat http://www.manassa.org/main/publikasi/index.php?detail=20100802170545). Koleksi naskah yang diperikan dalam katalog setebal xxxiv + 374 halaman itu berjumlah 280 jilid naskah, terdiri atas 367 teks. Kategori kandungan isinya, yaitu ilmu al-Qur'an, hadis, tafsir, tauhid, fikih, tasawuf, tatabahasa, logika, sejarah, zikir dan doa, serta lain-lain. Terbanyak adalah fikih (99 teks), tatabahasa (78 teks), dan tasawuf (55 teks), dst. Penyusun tidak menyebutkan alasan mengapa naskah-naskah mushaf tidak disertakan dalam katalog yang penting dan hebat ini.
Halaman iluminasi awal mushaf koleksi Dayah Tanoh Abee.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Penyalin Qur'an (1): Muhammad Syadzali Sa'ad

Penjelasan mengenai pengertian "Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia" dan latar belakang historisnya, silakan baca "Beberapa Sumber tentang Mushaf Standar Indonesia" di tautan ini: http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/04/bibliografi-mushaf-standar-indonesia.html dan empat buku terbitan baru: http://quran-nusantara.blogspot.com/2020/05/bibliografi-mushaf-standar-2.html
Di bawah ini adalah contoh mushaf al-Qur'annya. Mushaf Standar pertama ini ditulis oleh Muhammad Syadzali Sa'ad pada tahun 1973-1975 (1394-1396 H). Namun, sebagai "Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia" dengan 'rasm usmani' baru diresmikan pada tahun 1984 sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 25 tahun 1984 tentang Penetapan Mushaf Al-Qur'an Standar (lihat Lampiran I buku Mengenal Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia di http://academia.edu/3876992/Mengenal_Mushaf_Al-Quran_Standar_Indonesia).
        Mushaf al-Qur'an yang ditulis oleh Muhammad Syadzali ini, dalam contoh di bawah, diterbitkan oleh Maktabah Sa'adiyah Putra, Jakarta, 1985. Mushaf ini berhuruf tipis. Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia kemudian "ditulis ulang" (istilah yang sering digunakan) dengan huruf yang tebal oleh Ustaz Baiquni Yasin dan tim pada tahun 1999-2001 (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-standar-indonesia-usmani-2004.html). Penulisan ulang Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia dengan huruf yang tebal, konon, karena permintaan masyarakat yang menyukai huruf tebal, seperti halnya huruf Mushaf Bombay.
        Kaligrafer Muhammad Syadzali mempunyai paling kurang dua karya mushaf 30 juz, yaitu "Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia" edisi pertama ini, dan "Mushaf Indonesia" atas pesanan Ibnu Sutowo yang selesai ditulis pada tahun 1979 (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/02/mushaf-indonesia.html).


Selasa, 02 Oktober 2012

Qur'an Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan
Museum La Galigo, Makassar

Dalam kolofon di akhir mushaf dinyatakan bahwa Qur'an ini selesai ditulis pada Kamis, 28 Sya'ban 1289 (31 Oktober 1872). Penyalinnya adalah Haji Sufyan as-Sauri imam Bone bin Abdullah al-Qadhi Bone. Pemiliknya adalah t-w-l-y-' Syahbandar Bone yang tinggal di t-l-l-n (Tallo?).

Halaman iluminasi awal mushaf.

Kamis, 27 September 2012

Mushaf Keraton Yogyakarta

Mushaf Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat: 
Melestarikan Tradisi Penyalinan Qur'an

Untuk melestarikan tradisi penyalian Qur’an di istana, Keraton Yogyakarta pada tahun 2011 menerbitkan “Mushaf Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat” yang ditandatangani resmi oleh Sultan Hamengkubuwono X tertanggal 20 Mei 2011. Dapat dikatakan bahwa Keraton Kesultanan Yogyakarta dalam hal ini merupakan perintis, karena kesultanan lain tampaknya belum ada yang mengawali untuk meneruskan kembali tradisi penyalinan Qur’an di istana. Kaligrafi teks ayat dimodifikasi dari Mushaf Madinah karya Usman Taha. Mushaf ini dicetak oleh Lembaga Percetakan Al-Qur'an (LPQ), Kementerian Agama RI. 
 Iluminasi awal mushaf: Surah al-Fatihah dan awal Surah al-Baqarah.

Kanjeng Kiai Qur'an: Pusaka Keraton Yogyakarta

Salah satu Qur’an indah dari kesultanan Nusantara adalah “Kanjeng Kiai Qur’an”, salah satu pusaka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Gambar 1). Qur’an ini berukuran 40 x 28 cm, tebal 575 halaman, saat ini disimpan di Perpustakaan Widya Budaya, di lingkungan Keraton Yogyakarta. Naskah Qur’an ini sangat istimewa, karena setiap halaman beriluminasi nan indah. Iluminasi lebih istimewa terdapat di bagian awal, tengah dan akhir Qur’an. “Kanjeng Kiai Qur’an” pada awalnya adalah milik Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedhaton, putri Sultan Hamengkubuwana II (1772-1828), yang diajari mengaji oleh gurunya, Haji Mahmud, seorang abdi dalem.
Gambar 1. Halaman iluminasi awal “Kanjeng Kiai Qur’an”, 
koleksi Museum Keraton Yogyakarta. [Foto: LPQ].

Selasa, 25 September 2012

Resensi Buku - Ragam hias Qur'an Melayu

Resensi Buku

Dzul Haimi Md. Zain et al., Ragam Hias al-Qur’an di Alam Melayu, Kuala Lumpur: Utusan Publications, 2007, xxxii + 114 halaman.

DAPAT dikatakan, buku ini merupakan perintis awal kajian seni hias mushaf (iluminasi) Al-Qur'an di Nusantara. Setelah lama tertunda, hasil penelitian ini akhirnya terbit, dalam edisi yang cukup mewah. Berbagai keprihatinan penulis, baik mengenai langkanya kajian mengenai seni hias Melayu, liku-liku selama penelitian, maupun penerbitan buku ini yang tertunda, diungkapkan penulis dalam pengantar buku ini, berjudul “Mengharung Liku Tantangan” (hlm. xiii).

Istanbul dalam foto

Istanbul dalam foto

Catatan perjalanan kali ini bukan berupa catatan tertulis, tetapi berupa foto. Orang bilang, foto dapat berbicara lebih banyak daripada seribu kata-kata.
Museum Aya Sofia. Sebelumnya merupakan gereja, lalu masjid.

Foto dalam beberapa album ini dibuat di sela-sela perjalanan penelitian tentang pengaruh Qur'an Turki Usmani di Asia Tenggara, atas dukungan British Institute at Ankara (BIAA) - British Academy. Mohon maaf kebanyakan foto belum diberi keterangan. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr Andrew Peacock dan Dr Annabel Teh Gallop, pimpinan proyek "Islam, Trade, and Politics across the Indian Ocean" <http://www.ottomansoutheastasia.org/> yang memberi jalan buat saya menuju kota tua itu. 
Karena alasan kemudahan pemuatan, foto-foto itu saya muat di jaringan facebook, dalam 16 album. Semoga ada manfaatnya. 

Senin, 17 September 2012

Qur'an cetakan Singapura

Qur'an cetakan Singapura, 1868

Qur’an cetakan Singapura ini selesai disalin pada 1 Syawal 1284 H (26 Januari 1868). Mushaf ini terdapat di sebuah toko benda antik di kawasan Ciputat, Tangerang, Jawa Barat (2011). Kolofon di akhir mushaf berbunyi:

Qad tammat hāzihi [sic!] al-Qur’ān al-‘azīm fī 1 min syahri Syawwāl hijrat an-Nabī salla Allāhu ‘alaihi wa sallam sanat 1284 ‘alā yadi al-faqīr ad-da‘īf ilā maulāhu al-ganiyy Haj Muhammad bin al-marhūm Sulaimān Sumbāwī ma‘a sāhib al-Qur’ān asy-Syaikh Muhammad ‘Alī bin Mustafā ... Jawa Purbalingga qaryat makan c-h-y-a-n tubi‘a fi Bandar Singapura qudum Masjid Sultān ‘Alī bin Maulānā as-Sultān Husain Iskandar gafara Allāhu lahum al-khatā’ wa an-nisyān wa li-wālidaihim wa li-jamī‘i al-muslimīn. Āmīn yā Rabb al-‘ālamīn, la‘alla ... al-Qur’ān fa-yazīdukum man qara’ahā, tammat, wallāhu a‘lam bi as-sawāb.

Penerbit Al-Ma'arif, Bandung

Mushaf Cetakan Penerbit Al-Ma'arif, Bandung, 1950-an

Penerbit Al-Ma’arif, Bandung, Jawa Barat, didirikan oleh Muhammad bin Umar Bahartha pada tahun 1948, menyusul generasi pertama pencetak mushaf Al-Qur’an di Indonesia yang dipelopori Abdullah bin Afif Cirebon  –  yang telah memulai usahanya sejak tahun 1930-an bersamaan dengan Sulaiman Mar’i yang berpusat di Singapura dan Penang – serta Salim bin Sa’ad Nabhan Surabaya. Para penerbit itu tidak hanya mencetak Al-Qur’an, namun juga buku-buku keagamaan lain yang banyak dipakai umat Islam. Al-Ma'arif aktif sebagai penerbit dan percetakan hingga sekitar tahun 1985.
Mushaf cetakan Al-Ma'arif, 1950-an, di bawah ini adalah reproduksi cetakan Bombay dengan tambahan "Kitab Tajwid" di bagian akhir mushaf.

Jumat, 14 September 2012

Qur'an-Qur'an Istana

Qur'an-Qur'an Istana Nusantara
Ali Akbar <aliakbarkaligrafi@yahoo.com>

Tulisan ini ingin memberikan gambaran singkat mengenai sejumlah mushaf Al-Qur’an yang disalin di beberapa istana kesultanan di Nusantara. Mushaf-mushaf tersebut sebagian kini masih tersimpan di istana atau museum istana tempat asal mushaf tersebut disalin, dan sebagian lain kini telah berpindah tangan menjadi koleksi museum, perpustakaan, atau bahkan diperdagangkan dan menjadi koleksi pribadi.
Gambar 1. Koleksi Islamic Arts Museum Malaysia (IAMM 1998-1-3427).

Senin, 03 September 2012

Mushaf Jakarta

Mushaf Jakarta, 2002

"Al-Qur'an Mushaf Jakarta" secara resmi mulai ditulis pada 22 Ramadhan 1420 H (30 Desember 1999) dan selesai pada 26 Ramadhan 1421 H (22 Desember 2000). Peresmian ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Mushaf dalam bentuk cetakan terbit hampir dua tahun kemudian, sesuai tanda tashih yang dikeluarkan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an Kementerian Agama, yaitu 12 Agustus 2002. 
Badan Pelaksana Penulisan dan Pencetakan "Al-Qur'an Mushaf Jakarta" terdiri atas: Ide/Pemrakarsa: H Sutiyoso; Pembina: H Dr Jailani; Penanggung Jawab: H Fauzi Bowo; Pengarah: Drs H Afandi Anas; Anggota: Bamus Betawi, para Ulama, Haba'ib; Koordinator: Drs H Abdullah; Bendahara: H Syamsul Bahri; Pelaksana: S Damiri; Yayasan Mushaf al-Qur'an Jakarta; Bidang Perencana: (1) Bidang Kaligrafi: Baiquni Yasin (Ketua), Mahmud Arham, H Hawi Hasan, Islahuddin, Ali, Bustanul Arifin; (2) Bidang Iluminasi: Ahmad Haldani (Ketua), Aris Kurniawan, Muhammad Kusna Wijaya, Ahmad Nazar, Dikdik Riyama.

Selasa, 28 Agustus 2012

Qur'an di Sumatera Barat

Sumatera Barat
Koleksi Museum Adityawarman, Padang

Sejumlah Qur'an koleksi Museum Adityawarman, Padang. Motif yang digunakan dalam iluminasinya menunjukkan kekhasan tersendiri, dengan penggunaan garis tipis dan warna merah yang cukup kuat.

 

Senin, 27 Agustus 2012

Konversi tahun Hijri

Cara Mudah Konversi Tahun Hijri ke Masehi
Jika Anda mendapati angka tahun hijri, dan di tangan Anda hanya ada hp, Anda bisa mengkonversi tahun itu secara cepat dan sederhana. Caranya, angka tahun hijri x 32 : 33 + 622 = tahun masehi. Contoh: 1285 (Hijri) x 32 : 33 + 622 = 1868 (Masehi). Namun hasil ini kemungkinan +1, karena perbedaan rentang waktu antara tahun hijri dan masehi. Artinya, rentang waktu satu tahun hijri hampir selalu berada pada dua angka tahun masehi. Misalnya, tahun 1433 H berada pada tahun 2011-2012. Oleh karena itu, cara penulisan hasil konversi sebaiknya: 1285 H (1868/1869 M) atau 1285 H (1868-9 M)
Itu jika kita hanya memiliki angka tahun hijri saja. Jika tahun hijrinya disertai hari, tanggal, dan bulan, lebih baik menggunakan cara konversi yang lain agar dapat ketemu hari, tanggal, bulan, dan tahun masehi yang pasti. Software-nya banyak tersedia di internet, misalnya http://rukyatulhilal.org/konversi/index.htmlhttp://www.oriold.uzh.ch/static/hegira.html - atau  cari melalui kata kunci, misalnya "konversi tahun hijriyah ke masehi". Dan jika pada hasil konversinya ada perbedaan hari, misalnya antara Ahad dan Senin, bisa jadi itu karena adanya perbedaan perhitungan awal hari. Permulaan hari pada tahun Qamariyah/Lunar (Hijriyah) dimulai pada waktu magrib, sedangkan pada tahun Syamsiyah/Solar (Masehi) dimulai pada pukul 24.00 dini hari.

Minggu, 26 Agustus 2012

Mushaf Banten Koleksi Perpustakaan Nasional RI (2)

(3) Naskah A.52a-k
Naskah mushaf ini terdiri atas sepuluh jilid, masing-masing jilid memuat tiga juz. Setiap jilid diberi kode huruf [a] sampai dengan [k], kecuali huruf [i]. Ukuran naskah ini cukup besar, sampul dan halaman berukuran 53 x 37 cm. Bidang teks berukuran 45 x 25 cm., masing-masing 17 baris. Setiap jilid setebal kurang lebih 1 cm., dengan jumlah halaman masing-masing jilid, [a] 58, [b] 64, [c] 63, [d] 63, [e] 59, [f] 59, [g] 62, [h] 59, [i] 61, dan [k] 65 halaman.
  
 Naskah A.52a-k.
Singapura
Kedai Seni "Pusaka Melayu", Lorong Masjid Sultan.

Di Singapura ada beberapa lembaga yang mengoleksi Qur'an kuno Nusantara, di antaranya, Asian Civilisation Museum, Taman Warisan Islam, Baalwi, dan sebuah toko seni Pusaka Melayu, di Lorong Masjid Sultan. Di bawah ini adalah dua Qur'an yang dijual di kedai seni tersebut. Qur'an pertama menggunakan kertas dluwang, dengan kolofon singkat berbahasa Jawa yang menjelaskan bahwa pemilik Qur'an ini adalah Samingan. Qur'an kedua, berdasarkan ciri-ciri kaligrafi dan iluminasinya juga diduga berasal dari Jawa. [Foto diambil pada Februari 2008].


Pentashihan

Pentashihan dan Lahirnya Mushaf Standar Indonesia

Dalam upaya memelihara kemurnian, kesucian, dan kemuliaan Al-Qur’an, di Indonesia, lembaga yang secara resmi mempunyai tugas memeriksa kesahihan suatu mushaf, yaitu Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an (sejak 2007 bernama Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, di bawah Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI). Lajnah secara kelembagaan dibentuk pada 1 Oktober 1959 berdasarkan Peraturan Menteri Muda Agama No. 11 Tahun 1959. Keberadaan Lajnah untuk melaksanakan tugas pentashihan mushaf diperkuat lagi dengan Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 1982 yang menyatakan bahwa tugas-tugas Lajnah, yaitu (1) meneliti dan menjaga kemurnian mushaf Al-Qur’an, rekaman, bacaan, terjemahan, dan tafsir Al-Qur’an secara preventif dan represif; (2) mempelajari dan meneliti kebenaran mushaf Al-Qur’an bagi orang biasa (awas) dan bagi tunanetra (Al-Qur’an Braille), rekaman bacaan Al-Qur’an dalam kaset, piringan hitam, dan penemuan elektronik lainnya yang beredar di Indonesia; dan (3) menyetop pengedaran mushaf yang belum ditashih oleh Lajnah.
Tanda tashih yang dikeluarkan oleh Lajnah untuk penerbit mushaf.