Bagaimana Qur'an diproduksi pada masa lampau? (3)
Iluminasi
Pada masa lampau, dalam penyalinan mushaf Al-Qur'an, tampaknya melibatkan dua profesi berbeda, yaitu juru tulis dan juru hias naskah. Berdasarkan warisan mushaf yang ada, kita dapat memperkirakannya. Mushaf koleksi Museum Negeri Aceh di bawah ini merupakan contoh yang baik. Iluminasi pada halaman awal mushaf ini telah selesai dikerjakan oleh juru hias naskah (iluminator), namun belum sempat ditulisi ayat oleh sang juru tulis. Sebaliknya, pada gambar terakhir di bawah, ayat Al-Qur'an telah selesai ditulis, namun meninggalkan bagian kosong di sekitar teks untuk iluminasi yang akan dikerjakan oleh sang juru hias.
Halaman iluminasi awal mushaf yang masih kosong.
Bukti lain yang dapat memperkuat dugaan ini adalah beberapa tulisan nama surah di halaman beriluminasi. Sejumlah mushaf menunjukkan bahwa nama-nama surah di halaman beriluminasi ditulis oleh juru hias. Dugaan ini berdasarkan karakter tulisan yang berbeda sangat jauh dengan tulisan teks ayat Al-Qurannya.
Contoh sejenis ini juga kita temukan pada beberapa mushaf lain dari beberapa daerah berbeda di Nusantara. Dengan demikian, dapat dikatakan, ini merupakan model umum dalam penyalinan Qur'an—di Asia Tenggara, dan di dunia Islam umumnya. Hal ini juga berlaku dalam tradisi kaligrafi Islam—seperti di Turki misalnya, yang telah memiliki tradisi kaligrafi demikian lama. Biasanya, sebuah karya utuh kaligrafi dikerjakan oleh dua orang, yaitu kaligrafer dan iluminator.
Iluminasi (detail).
Halaman iluminasi akhir mushaf.
Bagian kosong di sekitar teks ayat yang disediakan untuk iluminasi.
- "Sampul": http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/10/bagaimana-quran-diproduksi.html
- "Kertas/Alas Tulis": https://quran-nusantara.blogspot.com/2012/10/2-kertas.html
- "Kertas Eropa": https://quran-nusantara.blogspot.com/2019/12/kertas-eropa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar