Senin, 01 April 2013

Belum diketahui

Qur’an cetakan awal yang belum diketahui asal-usulnya

Asal-usul Qur’an cetakan awal (early printed Qur’an) yang beredar di Asia Tenggara pada paruh akhir abad ke-19, berdasarkan temuan hingga kini, tidaklah banyak. Pusat-pusat percetakan yang diketahui, yaitu Palembang, Singapura, Bombay, serta Turki. Di antara mushaf tersebut, yang paling tua, dicetak di Palembang pada 1848 dan 1854 (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/mushaf-cetakan-palembang-1848-mushaf.html dan http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/quran-cetakan-palembang-1854-kolofon.html). Cetakan lainnya, yang beredar luas di kepulauan Nusantara pada akhir abad ke-19 adalah cetakan Singapura (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/mushaf-cetakan-singapura.html) dan cetakan Bombay, India (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/mushaf-cetakan-india-koleksi-kms.html#more). Banyak di antara mushaf-mushaf tersebut yang memiliki kolofon (catatan naskah) di bagian belakang mushaf, sehingga tidak ada keraguan tentang asal-usul cetakannya.
Salah satu cetakan yang belum diketahui asal-usulnya adalah mushaf berhuruf tebal yang dari beberapa segi cukup ‘asing’ (lihat gambar). Mushaf tersebut terdiri atas 10 jilid, masing-masing jilid berisi 3 juz. Setiap halaman hanya terdiri atas tujuh baris, suatu hal yang bisa dikatakan tidak pernah ditemui dalam tradisi penyalinan mushaf di Asia Tenggara. Mushaf ini diketahui di tiga tempat, pertama di Masjid Agung Surakarta (10 jilid), Pontianak (satu jilid), dan milik seseorang di Tangerang (10 jilid). Mushaf ini tampaknya tidak beredar luas seperti halnya cetakan Singapura dan Bombay.
Awal Surah Maryam.

Pada bagian akhir mushaf terdapat kolofon berbunyi: Kana al-farag min tab’i haza al-mushaf al-karim yaum al-Arbi’a as-samin wa al-‘isyrin fi syahr Sya’ban al-mukarram sanat 1308 (Mushaf yang mulia ini selesai dicetak pada hari Rabu, 28 Sya’ban 1308 H/8 April 1891).
Melihat tradisi penyalinan mushaf yang berbeda, huruf tebal, juga kertas tanpa watermark yang digunakan, diperkirakan bahwa mushaf ini dicetak di luar Asia Tenggara – barangkali India. Satu lagi bukti yang memperkuat, yaitu model penulisan angka 'empat' yang khas di kawasan India (termasuk Pakistan sekarang) dan Persia. Gaya penulisan angka 'empat' seperti itu tidak pernah digunakan di kawasan Asia Tenggara.
Kolofon di akhir mushaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar