Qur’an cetakan awal yang belum diketahui asal-usulnya
Asal-usul Qur’an cetakan
awal (early printed Qur’an) yang
beredar di Asia Tenggara pada paruh akhir abad ke-19, berdasarkan temuan hingga
kini, tidaklah banyak. Pusat-pusat percetakan yang diketahui, yaitu Palembang, Singapura, Bombay, serta Turki. Di antara mushaf tersebut, yang paling tua, dicetak di Palembang
pada 1848 dan 1854 (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/mushaf-cetakan-palembang-1848-mushaf.html
dan http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/quran-cetakan-palembang-1854-kolofon.html).
Cetakan lainnya, yang beredar luas di kepulauan Nusantara pada akhir abad ke-19
adalah cetakan Singapura (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/mushaf-cetakan-singapura.html)
dan cetakan Bombay, India (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/mushaf-cetakan-india-koleksi-kms.html#more).
Banyak di antara mushaf-mushaf tersebut yang memiliki kolofon (catatan naskah)
di bagian belakang mushaf, sehingga tidak ada keraguan tentang asal-usul cetakannya.
Salah
satu cetakan yang belum diketahui asal-usulnya adalah mushaf berhuruf tebal
yang dari beberapa segi cukup ‘asing’ (lihat gambar). Mushaf tersebut terdiri
atas 10 jilid, masing-masing jilid berisi 3 juz. Setiap halaman hanya terdiri atas
tujuh baris, suatu hal yang bisa dikatakan tidak pernah ditemui dalam tradisi
penyalinan mushaf di Asia Tenggara. Mushaf ini diketahui di tiga tempat,
pertama di Masjid Agung Surakarta (10 jilid), Pontianak (satu jilid), dan milik
seseorang di Tangerang (10 jilid). Mushaf ini tampaknya tidak beredar luas
seperti halnya cetakan Singapura dan Bombay.
Awal Surah Maryam.
Pada
bagian akhir mushaf terdapat kolofon berbunyi: Kana al-farag min tab’i haza al-mushaf al-karim yaum al-Arbi’a
as-samin wa al-‘isyrin fi syahr Sya’ban al-mukarram sanat 1308 (Mushaf yang
mulia ini selesai dicetak pada hari Rabu, 28 Sya’ban 1308 H/8 April 1891).
Melihat
tradisi penyalinan mushaf yang berbeda, huruf tebal, juga kertas tanpa
watermark yang digunakan, diperkirakan bahwa mushaf ini dicetak di luar Asia
Tenggara – barangkali India. Satu lagi bukti yang memperkuat, yaitu model penulisan angka 'empat' yang khas di kawasan India (termasuk Pakistan sekarang) dan Persia. Gaya penulisan angka 'empat' seperti itu tidak pernah digunakan di kawasan Asia Tenggara.
Kolofon di
akhir mushaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar