Penulisan kembali Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia
Penulisan
kembali Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia secara resmi dimulai pada tanggal 17
Rajab 1436 H/ 6 Mei 2015 M, bersamaan dengan perayaan Milad ke-18 Bayt
Al-Qur’an & Museum Istiqlal. Ayat pertama Bismillāh ar-Rahmān ar-Rahīm ditulis oleh Menteri Agama H. Lukman
Hakim Saifuddin dan Direktur Pusat Studi Al-Qur’an Prof. Dr. H.M. Quraish
Shihab, sebagai tanda dimulainya penulisan.
Menteri Agama meresmikan dimulainya penulisan mushaf. (Foto: vivanews).
Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia
ditulis sesuai dengan rasm usmani oleh
H. Isep Misbah, seorang kaligrafer nasional berpengalaman, kelahiran Sukabumi,
Jawa Barat. Berbeda dengan dua "edisi" sebelumnya (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/10/mushaf-al-quran-standar-indonesia.html) mushaf ini ditulis dengan format “Al-Qur’an Pojok”, setiap halaman terdiri
atas 15 baris yang diakhiri ujung ayat. Model ini dianggap sangat memudahkan
para penghafal Al-Qur’an.
Jenis tulisan yang digunakan adalah Naskhi,
suatu jenis khat yang sangat populer dan sudah akrab di mata umat Islam
Indonesia dan mayoritas umat Islam dunia. Pemilihan jenis khat ini juga
berdasarkan karakter tulisan Naskhi yang tampak formal, mudah dibaca, namun
tidak kehilangan pesona estetis kaligrafi Islam. Sementara, tulisan pelengkap
seperti nama surah, halaman sampul dan lainnya menggunakan khat Tsuluts.
Pemilihan jenis khat ini dengan mempertimbangkan aspek estetis dan kelaziman
dalam penulisan mushaf Al-Qur’an.
Kertas yang digunakan memiliki standar
kualitas tinggi, yaitu merek “Renoir” 250 gram, buatan Korea Selatan. Kertas
ini bertekstur halus dan tahan akan kelembaban cuaca, sehingga memudahkan
proses penulisan. Ukuran kertas 60 x 90 cm, dengan ruang tulisan 35 x 59 cm. Adapun tintanya adalah merek
“Liquitex Ink” buatan Amerika Serikat. Selain berwarna pekat, tinta ini tidak
luntur (waterproof), dan tahan lama.
Alat tulis yang digunakan adalah “qalam Jawi” dari batang induk ijuk
pohon aren, dan pena yang terbuat dari batang handam (sejenis tanaman pakis). Kedua jenis tanaman ini tumbuh
subur di alam tropis Nusantara. Penggunaan alat tulis tradisional ini, di samping
untuk mempertahankan tradisi penulisan kaligrafi klasik, juga dari sisi
estetika dan kualitas goresan hasilnya jauh lebih baik daripada alat tulis
modern semisal pena logam atau spidol.
Proses penulisan diperkirakan
memakan waktu dua tahun. Sebelum ini, Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia
Kementerian Agama RI dengan rasm usmani telah ditulis oleh Muhammad Syadzali Sa’ad (1975) (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/10/mushaf-al-quran-standar-indonesia.html) dan Baiquni Yasin dan Tim (2001) (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-standar-indonesia-usmani-2004.html). Sedangkan dalam format 'Qur'an pojok' ditulis oleh Muhammad Abdurrazaq Muhili (1988) (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-standar-indonesia-bahriyah-1991.html). 'Edisi baru' yang sedang ditulis ini 'menggabungkan' dua hal yang sebelumnya terpisah, yaitu rasm usmani dalam format 'Qur'an pojok'. Model ini dianggap sesuai dengan kebutuhan banyak kalangan umat Islam Indonesia saat ini yang gemar menghafalkan Qur'an.
Menteri Agama memulai penulisan mushaf dengan menggores 'Bismillah'.
Menteri Agama pada perayaan Milad ke-18 BQMI, 6 Mei 2015.
Artikel-artikel terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar