Sabtu, 28 April 2012

Mushaf Bahriyah

Mushaf Bahriyah, cetakan Turki, 1910-1911

Dalam penelusuran di Istanbul, Turki, Mushaf Al-Qur’an Bahriyah terdapat dalam koleksi Beyazit Devlet Kutuphanesi, sebuah perpustakaan pemerintah, dengan nomor koleksi V 4119 M. Mushaf tersebut berukuran agak kecil, yaitu 17,5 x 10,5 dengan ketebalan 3 cm. Cover mushaf berwarna coklat dengan hiasan berbentuk segi empat dan motif floral yang dicapkan pada permukaan cover dengan teknik blind stamping (cap tanpa tinta).

Cetakan Turki 1881

Mushaf Cetakan Turki, 1881

Mushaf ini dicetak di Matba'ah Usmaniyah, Sya'ban 1298 H (Juni/Juli 1881). Sumber Turki menjelaskan bahwa pemerintah Turki Usmaniyah pada akhir abad ke-19 pernah mengirim ratusan Qur'an ke kawasan Asia Tenggara - diduga kuat (untuk tidak mengatakan pasti) adalah mushaf cetakan ini. Mushaf ini adalah milik sebuah keluarga di Wajo, Sulawesi Selatan.

Artikel terkait:
"Sejak kapaankah penomoran ayat dalam mushaf al-Qur'an?" http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/12/nomor-ayat-dalam-quran.html
Kulit mushaf (kiri).

Mushaf cetakan tertua di Nusantara, 1848

        Sejauh yang diketahui hingga sekarang, Al-Qur'an cetakan tertua di Indonesia—dan juga di Asia Tenggara—adalah cetakan Palembang, yang selesai dicetak pada hari Senin, 21 Ramadan 1264 H (21 Agustus 1848 M). Mushaf cetakan tertua ini adalah milik H. Abd Azim Amin, M.Hum, Kampung Tiga Ulu, Palembang, yang mewarisi mushaf tersebut dari pencetaknya sendiri.
        Mushaf ini ditulis oleh Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah, dicetak oleh Ibrahim bin Husin asal Singapura, di percetakan milik Haji Muhammad Azhari sendiri. Ukuran naskah 30 x 20 x 3 cm, bidang tulis 21 x 13 cm, tebal 607 + 2 halaman kolofon. Kertas tipis putih halus, tidak ada watermark; tidak ada kulit/sampul, pinggir jilidan disepuh emas; setiap juz terdiri atas 20 halaman; tanda ayat berupa lingkaran hitam, sebagian dibubuhi emas; masing-masing juz dibagi dalam nisf; setiap juz dan nisf ditandai dengan hiasan di bagian kanan dan kiri; tulisan juz di dalam lingkaran dari juz 1-10 merupakaan tulisan baru; variasi hiasan awal juz dan nisf, di kiri dan kanan halaman, selalu berbeda, menunjukkan kekayaan motif dan keterampilan yang memadai; di bagian atas terdapat nama surah kecil, dan di bagian bawah terdapat angka halaman (ini merupakan sesuatu yang baru); catatan qira’at terutama di bagian awal al-Qur’an merupakan catatan baru, bukan asli cetakan; halaman awal Surah al-Kahf kotor bekas tangan – dan lebih kotor lagi adalah awal Surah Yasin, bahkan jilidan dan satu lembar halaman awal lepas – menunjukkan bahwa kedua surah ini pada masa lalu sering dibaca.
Halaman luminasi awal mushaf.

Kamis, 26 April 2012

Qur'an Cetakan Awal

Mushaf Cetakan India
(Koleksi pribadi, Palembang)

Di Nusantara, Qur’an cetakan India ditemukan di berbagai tempat, yaitu Kerinci, Palembang, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lombok, Bima, Pulau Penyengat, Maluku, hingga Filipina Selatan. Qur’an cetakan tersebut kini merupakan koleksi pribadi, masjid, pesantren, dan museum, baik di dalam maupun luar negeri. Ada beberapa model cetakan yang ditemukan, menunjukkan bahwa industri pencetakan Qur’an (di samping naskah keagamaan lainnya) di India pada masa itu berlangsung cukup ramai, karena melibatkan beberapa nama percetakan. Perdagangan Qur’an India di Nusantara pun berlangsung lama, sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 – sementara pengaruhnya, jangan lupa, masih terasa hingga sekarang.  
Di bawah ini sebuah contoh cetakan India, akhir abad ke-19. 

Kamis, 19 April 2012

Rabu, 18 April 2012

Mushaf cetakan Singapura

Bali
Masjid Agung Jami' Singaraja

Kolofon sebuah mushaf cetakan Singapura tahun 1869 berbunyi: 
Qad hasala al-firāgh min tahrīri hāzā al-Qur’ān al-Majīd bi-fadlillāhi al-Qādir bi-yadi aqalli al-kuttāb Muhammad Hanafi bin as-Sulaimān as-Sumbāwī fī awā’il asy-syahr min Sya‘bān fī yaum al-Isnain al-mubārak fī hilāl s-l-s sanat 1286 sitt wa samānīn wa mi’atain ba‘da al-alif min hijrat al-muqaddasah an-nabawiyyah lisy-Syaikh Muhammad ‘Alī bin al-Marhūm al-Mustafā min bilād Purbalinqa (f-r-b-l-n-q-a) fī qaryat as-Sirr an-Nūr wa natba‘ [?] fī matba‘at al-Amān fī bilād as-Sinqāpūr fī az-zamān ad-daulat as-Sultān ‘Alī bin al-Marhūm as-Sultān Husain Iskandar Syāh ghafarallāhu lī wa lakum wa li-sāhibi at-tab‘i al-ikhwān al-masāni' minal-muslimīn wal-mu’minīn ajma’īn. Āmīn.
Halaman iluminasi awal mushaf.
Bali
[Koleksi: Masjid Baitul Qadim, Loloan, Negara]