Menyoal Qur’an Bojongleles,
Banten
(Catatan Lama)
(Catatan Lama)
Pengantar: Pada April 2009 masyarakat dikejutkan oleh ”Qur’an
tiban” (’jatuh’ entah dari mana) di Dusun Babakan, Desa Bojongleles, Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten. Konon, Qur’an itu tiba-tiba muncul, tidak ada
orang yang tahu. Pihak yang berwenang pada waktu itu benar-benar disibukkan
oleh kasus ini, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, maupun pihak Kementerian
Agama RI. Itu adalah pertama kali Qur’an sejenis ini muncul dan menjadi
perhatian masyarakat.
Qur'an itu berukuran
raksasa, yaitu 200 x 103 cm, tebal 17 cm, serta sebilah pedang berukuran 1,7
meter, muncul di depan Masjid Dua Kalimat Syahadat di Dusun Babakan. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan
Litbang dan Diklat yang mengemban tugas memelihara keotentikan dan kemurnian
Mushaf Al-Qur'an, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik yang beredar di masyarakat, segera mengirim
tim ke lokasi pada tanggal 6 April 2009 untuk melakukan observasi
lapangan, selanjutnya mengadakan pengkajian dan penelitian lebih lanjut
terhadap mushaf tersebut. Dalam kajiannya, Lajnah menemukan banyak kesalahan,
berupa kekurangan teks ayat, kesalahan harakat, dan penulisan yang terulang. Pengulangan
tersebut dapat terlihat pada Surah al-Fātihah/1:
7. Kata yang pertama ditulis secara tidak sempurna, sedangkan pengulangannya
ditulis secara sempurna pada baris selanjutnya (lihat gambar). Asal usul naskah
dan penulis mushaf tidak teridentifikasi. Akhirnya, karena dalam naskah
Al-Qur'an Bojongleles ini terdapat banyak kesalahan, yaitu kekurangan teks
ayat, kesalahan harakat, dan penulisan, maka untuk menghindari kesalahpahaman
terhadap Mushaf Al-Qur'an dimaksud, Lajnah merekomendasikan dan menyarankan
agar Mushaf Al-Qur'an tersebut diamankan oleh pihak yang berwenang atau
Bakorpakem setempat.
Sampai di
situ, masalah kekunoan Qur’an ini belum terjawab, dan masih menjadi tanda tanya
besar. Pada tanggal 30 April 2009 Lajnah mengadakan diskusi hasil kajian
Al-Qur’an tersebut, dihadiri oleh para peneliti dari Badan Litbang dan Diklat
dengan narasumber Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA. Penulis menghadiri diskusi
tersebut, dan membuat catatan di bawah ini, menyoal problem kodikologis (aspek
fisik) mushaf tersebut. Penulis tidak melihat dengan mata kepala sendiri mushaf
tersebut, dan kajian di bawah ini hanya berdasarkan pengalaman, foto, dan informasi dari
kawan yang melihat langsung mushaf tersebut di Banten.
Kini, setelah
empat tahun kasus “Qur’an kuno-kunoan” ini pertama kali ini muncul, sudah
belasan mushaf sejenis ditemukan di berbagai kota, bahkan hingga Malaysia dan
pasar benda antik internasional. Apa pun motif dan niat baik penyalin mushaf ini, sudah
banyak orang yang “terkelabuhi” oleh pengakuan “kekunoan” Qur’an sejenis ini, siapa
pun yang mengatakannya. (Yang mengatakan bahwa Qur’an sejenis ini kuno bisa
jadi bukan penyalinnya, tetapi pedagang atau orang yang punya kepentingan lain).
Satu hal kini semakin jelas, bahwa Qur’an sejenis ini adalah Qur’an salinan
baru yang digayakan seakan-akan Qur’an kuno!
Masalah Kaligrafi dan Iluminasi dalam Qur’an
Bojongleles, Banten
Kaligrafi
Kaligrafi yang digunakan dalam mushaf ini adalah
jenis Naskhi, seperti mushaf Al-Qur'an pada umumnya. Namun kualitas
khatnya dapat dikatakan sangat sederhana, sehingga mengesankan bahwa penulisnya
kurang terbiasa dengan kaidah tulisan. Model tulisan yang digunakan sangat
individual, tidak berdasarkan gaya standar.
Penelitian yang pernah dilakukan terhadap 13 buah mushaf
kuno asal Banten (dari koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta, Universitas
Leiden, dan beberapa tempat di Banten) menyimpulkan adanya suatu jenis
kaligrafi khas yang bisa disebut ”gaya Naskhi
Banten”. Namun gaya tulisan tersebut berbeda dari gaya tulisan dalam Al-Qur’an
ini.[1]
[Lihat "The
art of the Qur’an in Banten: Calligraphy and Illumination" http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_2006_num_72_1_4028]
Melihat anatomi hurufnya, Al-Qur'an ini
diperkirakan ditulis dengan spidol dengan ujung pena yang tumpul. Ujung pena
yang tumpul akan menghasilkan huruf yang tidak tebal-tipis, seperti terlihat
dalam mushaf ini. Hal ini berbeda dengan kebiasaan dalam mushaf dan naskah kuno,
sebab hampir semua naskah kuno ditulis secara tebal-tipis dengan mata pena (kalam)
yang keras, terbuat dari sejenis kayu, atau logam.
Tanda akhir ayat berupa bulatan kosong tidak
bernomor merupakan kebiasaan dalam naskah-naskah Al-Qur’an kuno Nusantara, dan tidak
ditemukan dalam mushaf-mushaf yang ditulis pada masa belakangan. Dewasa ini
dapat dikatakan tidak ada Al-Qur’an yang ditulis tanpa nomor ayat. Hal ini mengesankan bahwa Al-Qur’an ini
disalin dengan tradisi lama.
Di akhir baris tulisan kadang-kadang terdapat
potongan huruf yang tidak sempurna (contoh huruf alif-nun-ain-mim pada baris ke-5 Surah al-Fatihah) yang berfungsi
untuk memenuhi atau meratakan suatu baris tulisan. Model seperti ini terdapat
pada sebagian naskah kuno, dan jarang kita temukan dalam teks yang ditulis pada
masa belakangan.
Iluminasi (dekorasi mushaf)
Iluminasi dalam Al-Qur’an ini terdapat di bagian
awal, tengah dan akhir Al-Qur’an. Di bagian awal terdapat di Surah al-Fatihah dan awal Surah al-Baqarah, di
bagian tengah terdapat di awal Surah al-Kahf, dan di bagian akhir terdapat di
Surah al-Falaq dan Surah an-Nas. Iluminasi pada tiga bagian itu sangat lazim dalam
mushaf-mushaf kuno di seluruh Nusantara, yang dewasa ini tidak lazim digunakan
lagi dalam Al-Qur’an cetakan modern. Berdasarkan beberapa kajian yang telah
dilakukan, terdapat beberapa corak iluminasi Al-Qur’an kuno Nusantara yang bisa
dijadikan salah satu dasar untuk memperkirakan asal suatu naskah. Namun, dari
segi corak, iluminasi Al-Qur’an ini tidak dapat diidentifikasi atau diperkirakan
asalnya. Corak yang digunakan berbeda dengan tradisi penyalinan Al-Qur’an kuno dan
naskah asal Banten yang diketahui sampai saat ini.[2]
[Foto-foto: repro Lajnah]
Tabel Perbandingan
No.
|
Aspek
|
Mushaf Bojongleles
|
Mushaf kuno
|
1
|
Alat tulis
|
Spidol*
|
Kalam dari kayu/logam
|
2
|
Tinta
|
Tinta spidol*
|
Tradisional/impor
|
3
|
Kertas
|
Samson* (tampak seperti kertas semen) dari pabrik modern
|
Kertas Eropa atau dluwang
|
4
|
Jenis tulisan
|
Naskhi, tidak tebal-tipis
|
Naskhi, tebal-tipis
|
5
|
Tanda akhir ayat
|
Bulatan kosong
|
Bulatan kosong
|
6
|
Iluminasi (hiasan)
|
Ada di awal, tengah dan akhir Al-Qur’an
|
Ada di awal, tengah dan akhir Al-Qur’an
|
7
|
Rasm
|
Usmani
|
Imla’i
|
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
beberapa hal berikut:
- Salah satu kunci penting untuk menyimpulkan apakah Al-Qur'an ini baru atau lama adalah jenis kertas dan tinta yang digunakan. Bila benar bahwa yang digunakan adalah kertas ”samson” (tampak seperti kertas semen), dapat diperkirakan bahwa naskah ini merupakan naskah baru. Sedangkan dari segi tinta dapat dilihat pada bahannya dan model penyerapannya pada kertas.
- Melihat teks dan iluminasinya, Al-Qur'an ini disalin dengan tradisi penyalinan naskah kuno. Namun, bila benar bahwa alat tulis yang digunakan adalah spidol, dapat diduga kuat bahwa mushaf ini merupakan naskah baru.
- Mushaf ini diperkirakan adalah naskah baru, namun disalin berdasarkan contoh sebuah mushaf kuno.
Jakarta, April 2009
[1] Annabel
Teh Gallop and Ali Akbar, “The art of Qur’an in Banten: calligraphy and
illumination”, Archipel 72, 2006.
[2] Ibid.
Artikel terkait:
Artikel terkait:
- "Mushaf Al-Qur'an Kuno-kunoan 1": http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/mushaf-quran-kuno-kunoan-ali-akbar.html
- "Qur'an Kuno-kunoan 3: Pasar Lokal dan Internasional" http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/04/quran-kuno-kunoan-3.html
membaca ini di tengah maalam saat orang pada tidur..sepi..banyak ilmu yg saya dapatkan..hatur Nuhun ust Ali..sungguh beruntung kita semua pecinta kaligrafi Indonesia memiliki sosok seperti ust Ali Akbar, blog ini sunggu sarat dengan keilmuan sekitar sejarah Mushaf Al-Qur'an dan segala perniknya..Suharno dari Cipondoh Kota Tangerang Banten.
BalasHapusInsyaallah Ust Ali Akbar mengenal saya, salahsatu peserta pameran kaligrafi di BQMI "Dari Tulis ke Lukis" ada 4 lukisan sy hingga kini terpajang di ruang pameran. Nuhun
BalasHapusPutri sy Gina Indana Zulfa kuliah di PTIQ semester 3, semoga bisa mengikuti perkuliahan ust Mata Kuliah Kajian Seni Mushaf, semoga memperoleh ilmu yang bermanfaat..aamiin.
BalasHapus