Minggu, 10 Agustus 2014

Berapa lamakah menyalin Qur’an pada masa lampau?

Tidak seperti zaman sekarang, hingga akhir abad ke-19 kebanyakan Qur’an disalin dengan tangan. Memang, sejak pertengahan abad ke-19 telah muncul pencetakan mushaf dengan teknik litografi (cetak batu), namun produksinya sangat terbatas, dan pencetakan dalam skala besar baru terjadi pada awal abad ke-20 seiring dengan kemajuan teknologi percetakan (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/02/pencetakan-quran.html). Muncul pertanyaan, berapa lamakah menyalin sebuah mushaf pada masa lampau?
Kolofon "Kanjeng Kiai Qur'an" dalam huruf pegon (Arab-Jawa).

“Kanjeng Kiai Qur’an” memberikan (salah satu) jawaban yang sangat jelas. Mushaf pusaka Keraton Yogyakarta ini mulai ditulis pada tanggal 2 Oktober 1798 dan selesai 12 Februari 1799, berarti 4 bulan 10 hari, atau selama 133 hari. Jumlah halaman mushaf pusaka ini sekitar 564 halaman. Dengan demikian, Ki Atma Parwita, penyalin mushaf ini, setiap hari rata-rata menulis 4 halaman lebih. Di halaman akhir mushaf ini terdapat kolofon (catatan naskah) yang menyatakan dengan jelas awal dan akhir penulisannya. Kolofon dalam aksara pegon (huruf Arab dengan bahasa Jawa) berbunyi:

Kagungan nDalem Qur’an ingkang nerat Abdi Dalem Ki Atma Parwita Hurdenas Sepuh kala wiwit anerat ing dinten Arba’ wanci pukul setengah sewelas tanggal ping selikur ing wulan Rabi’ul Akhir ing tahun Jim Awal angkaning warsa 1725. Kala sampun neratipun ing dinten Salasa wanci pukul setengah sanga tanggal ping nem ing wulan Ramadhan ing Surakarta Adiningrat hadza baladi Jawi.

[Qur’an milik Tuan yang menyalin Abdi Dalem Ki Atma Parwita Hurdenas Sepuh. Mulai disalin pada hari Rabu pukul 10.30 tanggal 21 Rabi’ul Akhir tahun Jim Awal 1725 (2 Oktober 1798). Selesai disalin pada hari Selasa pukul 8.30 tanggal 6 Ramadan (12 Februari 1799) di Surakarta Adiningrat, negeri Jawa.]

Tulisan Ki Atma Perwita.

***

Jawaban lain terhadap pertanyaan berapa lama menyalin sebuah mushaf pada masa lampau, ada dalam kolofon sebuah mushaf yang disalin di Bandar Sukabumi - nama lama dari kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Jelas bahwa mushaf ini disalin selama enam bulan, selesai pada Kamis, 17 Zulqa'dah 1265 H (Kamis, 4 Oktober 1849) oleh Muhammad Qasim bin Ahmad. Transliterasi kolofon selengkapnya:

Tażkīrah al-nubuwwah; kepada hijrat al-Nabi; Muhammad al-Rasūl Allāh ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam; kepada tarikh; sanat 1265; seribu dua ratus enam puluh lima tahun; kepada tahun; “wawu”; dan tujuh belas hari dari bulan Żulqa’dah; yaum al-Khams; jam pukul sebelas; pagi dewasa itu adalah; Tammat al-kalām bi al-khayr wa as-salām; wa al-Qur’ān al-‘Aẓīm; Muhammad Qāsīm bin Ahmad; di dalam negeri Kutaringin; Bandar Sukabumi; maka adalah lamanya Muhammad Qāsīm bin Ahmad; menyuratnya Qur’ān al-‘Aẓīm; ini enam bulan telah sempurnalah segala menyuratnya; wa kātibuhū al-faqīr ilā Allāhi Ta‘ālā Muhammad Qāsīm bin Ahmad; ‘alā yadayhi wa sallama bi żālika al-mażkūr; āmīn; āmīn; Allāhumma āmīn; yā Rabb al-‘ālamīn.

(Diakses pada 18 Juni 2024 - terima kasih kepada Andi Ryansyah, pemilik akun, atas informasi ini).


Artikel terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar