Jumat, 21 Februari 2014

Qur'an Kecil Peninggalan Cheng Ho?

Jangan langsung percaya! (7)

Ada informasi di sebuah blog yang menyatakan bahwa sebuah Qur’an kecil mirip foto di bawah ini (lebih lanjut lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/12/lagi-quran-kecil.html) merupakan peninggalan Laksamana Cheng Ho! Nah, sebaiknya kita jangan buru-buru percaya. Mengapa? Cheng Ho merupakan penjelajah Muslim yang hidup pada tahun 1371-1433 (lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho). Beberapa penjelajahannya ke sejumlah pelosok negeri dilakukannya pada awal abad ke-15, yaitu antara tahun 1405-1433. Sedangkan Qur’an kecil yang ditunjukkan dalam informasi tersebut, sebagaimana terbaca pada kolofon (catatan naskah) di akhir Qur’an, adalah jelas-jelas cetakan Istanbul, akhir abad ke-19 (lihat juga http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/12/quran-kecil.html). Penulis asli Qur'an ini adalah Hafiz Usman, seorang kaligrafer (khattat) kenamaan Kesultanan Turki Usmani, selesai ditulis pada awal bulan Sya'ban 1097 H (Juni 1686). Namun Qur'an ini sendiri adalah hasil cetakan, yaitu dicetak di Percetakan Usmaniyah (al-Matba'ah al-Usmaniyah) pada Ramadan 1304 H (Juni 1887). 

Minggu, 09 Februari 2014

Booklet Mushaf at-Tin

Booklet Mushaf at-Tin, 1999

"Mushaf at-Tin" merupakan mushaf al-Qur'an yang dipersembahkan oleh keluarga almarhum mantan Presiden HM Soeharto untuk almarhumah Ibu Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Mushaf indah yang ditulis tidak lama setelah Mushaf Istiqlal dan Mushaf Sundawi ini selesai pada tahun 1999 (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/mushaf-at-tin-1999-mushaf-ini-adalah.html). 
Di bawah ini adalah booklet yang menyertai cetakan mushaf tersebut, berisi penjelasan mengenai konsep kaligrafi dan iluminasi, sumber ide iluminasi, keterangan tanda baca, tanda waqaf, daftar juz dan surah, serta struktur organisasi pelaksanaan dan skema teknis kerja dalam pembuatan Mushaf at-Tin. 

Rabu, 29 Januari 2014

Catatan dari Australia

Perjalanan ke Adelaide dan Sydney, Australia
(2-20 Februari 2011)

Pengantar. Ini catatan lama. Tanggal 2-20 Februari 2011 saya mendapat kesempatan  berkunjung ke Adelaide, Australia, untuk melakukan kajian dan dokumentasi naskah abad ke-19 milik kolektor Michael Abbott. Separuh dari 50 naskah koleksinya adalah Qur'an, berupa manuskrip dan cetakan (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/07/australia-sejumlah-quran-milik-seorang.html). Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh The Barakat Trust dan orang-orang yang baik, sebelum dan sepanjang perjalanan, yaitu Ellen, Pak Shohib, James, Bona, Kak Nasser, dan Kak Iya. Budi baik mereka tidak akan saya lupakan. Mudah-mudahan catatan ini ada manfaatnya.
Saya, Bona, dan James di pantai "laut selatan" Australia.

Senin, 27 Januari 2014

Qur'an Surau

Qur’an Surau, Sumatera Barat

Saat ini, koleksi Qur’an tampaknya lebih banyak ditemukan di museum atau perpustakaan daripada di tempat aslinya, yaitu di lembaga-lembaga keagamaan seperti pesantren, masjid, meunasah, atau surau. Itu artinya, naskah telah berpindah tangan, tidak lagi di tempat asalnya ketika naskah tersebut digunakan dan diperlakukan sehari-hari oleh pemakainya. Sebenarnya hal itu patut disayangkan, karena tradisi naskah tersebut telah tercabut dari akarnya, sehingga ada sesuatu yang hilang.
Sebuah Qur'an dari Surau Bintungan Tinggi, Pariaman.

Senin, 06 Januari 2014

Penghafal Qur'an

Para Penghafal Qur'an (1)
Penghafal Qur’an di Batavia abad ke-17

Agaknya, tidak banyak kisah yang kita ketahui tentang para penghafal Qur’an di Nusantara sebelum ketokohan Mbah Munawwir Krapyak, Yogyakarta, pada paruh pertama abad ke-20. Mungkin saja dahulu banyak para penghafal Qur’an, mengingat bahwa ‘sekolah-sekolah’ atau tempat pengajian senantiasa tumbuh bersama perkembangan masyarakat Islam. Tapi bagaimana keadaan yang sesungguhnya, dan siapa nama para hafiznya, tidak banyak diketahui. Nah, di antara gelapnya masalah ini, ada sepenggal kisah yang pantas kita kutip di sini. Saya kutip lengkap saja:
Cover buku Batavia (detail)

Minggu, 29 Desember 2013

Label di museum

Jangan langsung percaya! (6)

Bahkan di museum – suatu tempat yang seharusnya tidak boleh ada informasi yang salah – kita jangan langsung percaya! Di sebuah museum (sssst, di Indonesia!) di sebuah pajangan Qur’an tua terdapat label, “Al-Qur’an tulisan tangan terbuat dari kulit kayu berumur ±500 tahun. Al-Qur’an ini ditulis oleh Muhammad … yang mengaji di negara Pakistan tahun 1500 M”. Nah, “tulisan tangan” benar, “terbuat dari kulit kayu” mungkin benar, tapi informasi “berumur 500 tahun” dan “ditulis oleh…” sepertinya agak sulit dipertanggungjawabkan! Mungkin, informasi seperti ini diperoleh dari qīla wa qāla (“konon katanya”).
Foto: istimewa

Jumat, 06 Desember 2013

Lagi, Qur'an kecil

Lagi, dua Qur’an kecil

Rupanya, artikel singkat tentang Qur'an mini (http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/12/quran-kecil.htmlmemperoleh perhatian yang cukup luas dari khalayak pembaca. Banyak orang 'penasaran' dengan mushaf kecil. Nah, berikut adalah dua Qur’an kecil koleksi baru Bayt al-Qur’an & Museum Istiqlal yang merupakan sumbangan Ibu Siti Rofiqoh, Bogor, dan Ibu Yusi Herawati, Depok. 
Qur’an yang sering disebut “Qur’an Istanbul” atau “Stambul” ini, yang pertama berukuran 1,8 x 2,7 cm. Setiap halaman terdiri atas 12 baris. Naskah asli Qur'an ini ditulis oleh kaligrafer kenamaan Turki Usmani abad ke-17, Hafiz Usman (1642-1698), selesai pada pertengahan Rabiul Awal 1094 H (Maret 1683). Tidak ada keterangan kapan mushaf ini dicetak, karena bagian akhir mushaf mini ini telah hilang. Namun, diperkirakan, dicetak pada abad ke-20.
Mushaf kecil, cetakan, ukuran 1,8 x 2,7 cm.