Sabtu, 28 April 2012

Mushaf cetakan tertua di Nusantara

Mushaf Cetakan Tertua di Nusantara
Cetakan Palembang, 1848

Sejauh yang diketahui hingga sekarang, Al-Qur'an cetakan tertua di Indonesia—dan juga di Asia Tenggara—adalah cetakan Palembang, yang selesai dicetak pada hari Senin, 21 Ramadan 1264 H (21 Agustus 1848 M).  Mushaf cetakan tertua ini adalah milik H. Abd Azim Amin, M.Hum, Kampung Tiga Ulu, Palembang, yang mewarisi mushaf tersebut dari pencetaknya sendiri.
Mushaf ini ditulis oleh Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah, dicetak oleh Ibrahim bin Husin asal Singapura, di percetakan milik Haji Muhammad Azhari sendiri. Ukuran naskah 30 x 20 x 3 cm, bidang tulis 21 x 13 cm, tebal 607 + 2 halaman kolofonKertas tipis putih halus, tidak ada watermark; tidak ada kulit/sampul, pinggir jilidan disepuh emas; setiap juz terdiri atas 20 halaman; tanda ayat berupa lingkaran hitam, sebagian dibubuhi emas; masing-masing juz dibagi dalam nisf; setiap juz dan nisf ditandai dengan hiasan di bagian kanan dan kiri; tulisan juz di dalam lingkaran dari juz 1-10 merupakaan tulisan baru; variasi hiasan awal juz dan nisf, di kiri dan kanan halaman, selalu berbeda, menunjukkan kekayaan motif dan keterampilan yang memadai; di bagian atas terdapat nama surah kecil, dan di bagian bawah terdapat angka halaman (ini merupakan sesuatu yang baru); catatan qira’at terutama di bagian awal al-Qur’an merupakan catatan baru, bukan asli cetakan; halaman awal Surah al-Kahf kotor – dan lebih kotor lagi adalah awal Surah Yasin, bahkan jilidan dan satu lembar halaman awal lepas – menunjukkan bahwa kedua surah ini pada masa lalu sering dibaca.
Halaman luminasi awal mushaf.
Kolofon di dua halaman akhir mushaf cetakan ini berbunyi:

Sebermula adalah mengecap Al-Qur'an al-‘Azim ini di atas pres litografik yakni di atas impitan batu dengan khat suratan faqir ila Allahi ta’ala al-Haji Muhammad Azhari ibnu Kemas al-Haji Abdullah, Palembang nama negerinya, Syafi’i mazhabnya, Asy’ari i'tikadnya, Junaidi ikutannya, Sammani minumannya. Maka adalah yang mengerjakan cap ini Ibrahim ibnu Husain, Sahab Nagur nama negerinya Singapura tempat kediamannya daripada murid tuan Abdullah ibnu Abdulkadir Munsyi Malaka. Telah selesailah daripada mengecap dia pada hari Senin duapuluh satu hari daripada bulan Ramadan atas rukyat negeri Palembang pada hijrah Nabi – sallallahu ‘alaihi wa sallama – seribu dua ratus enam puluh empat tahun 1264. Maka membetuli pada dua puluh satu hari bulan Agustus tarikh Masehi seribu delapan ratus empat puluh delapan tahun (1848) dan enam belas hari bulan Misra tarikh Kubti seribu lima ratus enam puluh empat tahun (1564) dan sembilan hari bulan Ab tarikh Rumi duaribu seratus lima puluh sembilan tahun (2159) dan dua puluh empat hari bulan Isfandar mah tarikh Farsi seribu dua ratus tujuh belas tahun (1217). Maka adalah banyak bilangan Qur’an yang dicap itu seratus lima Qur’an. Maka perhimpunan mengerjakan dia lima puluh hari, jadi di dalam satu hari dua Qur’an tiga juz, dan tempat mengerjakan cap itu di dalam daerah negeri Palembang di dalam kampung Tiga Ulu pihak kiri mudik kampung Demang Jayalaksana Muhammad Najib ibnu almarhum Demang Wiralaksana Abdulkhaliq. Mudah-mudahan mengampuni Allah – subhanahu wa ta’ala – bagi mereka yang menyurat dia dan yang mengerjakan dia dan yang membaca akan dia dan bagi segala ibu bapak mereka itu dan segala muslim laki-laki dan perempuan dan bagi segala ibu bapak mereka itu. Wa sallallahu ‘ala khairi khalqihi sayyidina Muhammad wa alihi wa sahbihi wa sallam.






Catatan di tepi halaman adalah tambahan belakangan dari pembaca, 
bukan asli cetakan mushaf.






Artikel terkait

3 komentar:

  1. Terima kasih atas tulisan-tulisan Pak Ali Akbar dalam blog ini. Sangat informatif dan inspiratif. Salam.

    BalasHapus
  2. terimakasih ulasannya , bermanfaat,bisakah pak aliakbar menjelaskan sisi perbedaan mushaf standar indonesia dengan arab,karena saya melihat banyak perbedaan diantaranya kata صراط dlm mushaf arab ditulis dengan alif kecil juga di ayat terakhir surat alanbiya di mushaf indo tertulis قال ;ada alif setelah qof sedangkan di mushaf arab tertulis :قل ; dan ada alif juga setelah qof tapi alif kecil.
    jazakumullahu khoiron syukron atas jawabannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, baru balas, karena baru melihat pertanyaan Anda. Nah, itu menyangkut perbedaan pilihan riwayat rasm Usmani. Mushar Standar Indonesia menggunakan riwayat ad-Dani, sedangkan Mushaf Madinah (Saudi) menggunakan riwayat Abu Dawud.
      Ada disertasi yang membahas hal ini, ditulis oleh Dr Zainal Arifin Madzkur, berjudul "Perbedaan Rasm Usmani antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif ad-Dani dan Abu Dawud". Mungkin bisa dibeli online. Terima kasih.

      Hapus