Senin, 26 September 2016

Qur'an Cetakan

Sulitnya meneliti Al-Qur’an Cetakan

Salah satu kesulitan dalam meneliti mushaf Al-Qur’an cetakan adalah sedikitnya penerbit yang mencamtumkan tahun cetakan/produksinya. Ini tidak seperti cetakan buku bacaan biasa yang di halaman depan hampir selalu mencantumkan tarikh produksi, berupa cetakan keberapa dan tahun berapa. 
Sebagai contoh, sebuah mushaf yang penulis beli di sebuah toko di dekat Masjid Agung Surakarta, 16 Agustus 2016 lalu. Mushaf yang diterbitkan oleh sebuah penerbit di Surakarta ini tidak mencantumkan tahun cetak, sehingga sulit untuk memastikan tahun berapa dicetak. Kondisi mushaf masih baru, dan pasti belum lama masuk di pasar. Satu-satunya penanggalan yang ada pada mushaf ini terdapat di tanda tashih. Mushaf ini ditashih pada 6 Maret 1989, dengan nomor P.III/TL.02.1/057/1989 (lihat Gambar). Apakah mushaf ini dicetak tidak lama setelah Surat Tanda Tashih diperoleh penerbit? Bisa dipastikan tidak, karena secara fisik, kondisi mushaf—baik kertas maupun jilidannya—bukanlah dari 27 tahun lalu.
Tanda tashih tahun 1989 (kanan), tetapi Qur'an ini mungkin dicetak pada 2016.

Minggu, 28 Agustus 2016

Karakter tulisan

Jangan langsung percaya! (11)
Tahun penulisan dalam Qur’an cetakan

Meneliti Qur’an cetakan—sebenarnya begitu juga manuskrip—jangan mudah percaya... Sebuah mushaf yang mungkin dicetak oleh Mustafa al-Babi al-Halabi, Mesir—kita pun tidak tahu, apakah ini cetakan ulang oleh penerbit lain atau bukan—mencantumkan pada kolofon di bagian akhir mushaf bahwa mushaf tersebut selesai ditulis oleh Hafiz Usman pada 1299 H (1881). Itu jelas mustahil, karena kaligrafer jenius Turki Usmani itu hidup pada abad ke-17 (1642-1698) (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.co.id/2016/08/hafiz-usman.html)!
Nah, kita perlu mempertimbangkan karakter tulisan. Tampak bahwa angka tahun '1299' di bagian bawah kolofon itu ditambahkan oleh orang berbeda, dan pada masa yang berbeda. Karakter tulisannya tidak sama dan tampak begitu sederhana, tidak sesuai kaidah kaligrafi standar. Seorang kaligrafer hebat pasti tidak akan menulis angka '2' dalam bentuk yang biasanya digunakan dalam tulisan sehari-hari.
Kolofon di akhir mushaf.

Goresan angka '2' yang 'tidak standar'.

Jumat, 26 Agustus 2016

Penyalin Qur'an (5): Hafiz Usman, Turki, Abad ke-17

Al-Ḥāfiẓ ʻUṡmān, kaligrafer jenius ini lahir di Istanbul pada 1642, putera Ali Efendi, seorang muazin Masjid Haseki. Usman muda menghafal Al-Qur’an sejak kecil sehingga dikenal sebagai al-Ḥāfiẓ (penghafal Qur'an). Ia mulai belajar enam gaya kaligrafi dasar kepada Darwis Ali selama beberapa tahun, kemudian sang guru mengirim Usman untuk belajar kaligrafi kepada murid terbaiknya, Suyolcuzade Mustafa el-Eyyubi (w. 1686). Hafiz Usman cepat menjadi salah satu muridnya yang terdepan, memperoleh ijazah ketika masih berumur 18. Ia lalu belajar kepada Nefeszade Ismail Efendi (w. 1678) yang mengajarinya metode Syaikh Hamdullah secara detail. Hafiz Usman meninggalkan metode Syaikh Hamdullah pada 1678 dan mulai menggunakan metodenya sendiri. Meskipun pada awalnya ia dikritik, inovasi tulisan yang ia perkenalkan kemudian diterima.
Mushaf hasil karya tulis Hafiz Usman (1642-1698) yang dicetak pada 1881 di Istanbul.

Jumat, 05 Agustus 2016

Tradisi Mushaf NTB

Antara Keraton dan Masyarakat
Tradisi Mushaf Al-Qur’an di Nusa Tenggara Barat

Dalam rangka Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional ke-26 di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), 30 Juli-6 Agustus 2016, Lajnah menerbitkan katalog Khazanah Mushaf Al-Qur'an Nusa Tenggara Barat. Buku kecil ini memberikan gambaran singkat mengenai tradisi mushaf Al-Qur’an di Nusa Tenggara Barat
Katalog.

Rabu, 03 Agustus 2016

Qur'an dari Palembang

Mushaf Gaya 'Pantai Timur'


Menyaksikan 'Pameran Peradaban Islam' (demikian temanya) yang digelar dalam rangka Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional ke-26 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 30 Juli - 6 Agustus 2016, ada satu pajangan yang menarik di anjungan Sumatera Selatan. Senang sekali, saya diberi izin untuk membuka Qur'an tua di dalam kaca itu. Inilah catatannya. 
Ukuran mushaf 30,5 x 20 cm, tebal 6 cm. Kertas Eropa, cap kertas ProPatria, Concordia, dengan cap tandingan ‘Van Gelder’. 15 baris per halaman. Tinta hitam, merah untuk kepala surah, tanda tajwid, garis bingkai, dan lingkaran tanda ayat. Sampul kulit coklat dengan hiasan cap timbul. Mushaf lengkap, terdapat beberapa halaman kosong di bagian depan dan belakang. Kondisi naskah sampai dengan Surah Ali ‘Imran cukup bagus, namun halaman-halaman selanjutnya, hingga bagian akhir mushaf, rusak parah karena kertas dimakan tinta yang mengandung zat besi.
Halaman iluminasi awal mushaf, sebagian bersepuh tinta emas.

Selasa, 02 Agustus 2016

Kaligrafi Mushaf MTQ

Dari MTQ Lombok

Terlebih dahulu perlu dicatat besar-besar, bahwa perkembangan kaligrafi di Indonesia, dalam tiga dasawarsa terakhir, sangat membanggakan, dan terjadi lonjakan keterampilan yang luar biasa. Belakangan, era media sosial dewasa ini kian melejitkan, dan menjadikan para kaligrafer cepat terhubung dengan rekan-rekan kaligrafer dari belahan dunia lain dalam waktu sekejap, sehingga proses belajar demikian cepat. Sebagian kaligrafer Indonesia juga telah memenangi lomba khat internasional.
Nah, salah satu cabang yang dilombakan dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) adalah cabang Kaligrafi Mushaf Al-Qur’an. Beberapa foto di bawah ini adalah hasil sementara (sebelum babak final) MTQ Nasional ke-26 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 30 Juli – 6 Agustus 2016. 
Membandingkan dengan tradisi mushaf lama, segera timbul kesan bahwa karya-karya di bawah ini sangat berbeda dengan ciri mushaf Nusantara pada umumnya, baik dalam model hiasan maupun warna.
Pajangan karya hasil lomba.

Rabu, 06 April 2016

Mushaf Qatar

Mushaf Qatar

Sebagai bandingan, saya akan memuat juga beberapa mushaf luar Nusantara yang saya masukkan ke dalam kategori "Mushaf Dunia Islam" (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.co.id/search/label/-Mushaf%20Dunia%20Islam). 
“Mushaf Qatar” diprakarsai oleh amir Qatar Hamad bin Khalifah Al Tsani, bercover coklat dengan medalion warna emas bertuliskan ‘al-Qur’an al-Karim’. Mushaf dengan riwayat Hafs dari ‘Ashim ini dicetak oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Islam negara Qatar tahun 1430 H (2008-9). Ditulis oleh khattat Ubaidah Muhammad Salih al-Banki, pemenang lomba kaligrafi internasional yang khusus diselenggarakan untuk menulis Mushaf Qatar. Di bagian belakang mushaf terdapat penjelasan yang informatif berjudul ‘at-Ta’rīf bi-hāżā al-Musḥaf asy-Syarīf’ sepanjang 11 halaman. 

Rabu, 10 Februari 2016

Menelusuri Qur'an Kuno Sumbawa

Untuk menuju Pulau Sumbawa, dari Jakarta, tidak ada penerbangan langsung. Pesawat mendarat di Mataram, dan perjalanan selanjutnya menggunakan angkutan travel, berupa minibus dengan 11 penumpang. Mobil yang saya tumpangi merapat di pelabuhan menuju Sumbawa tepat waktu, beberapa saat sebelum pintu feri ditutup. Langit masih menyisakan biru, sebelum pelan-pelan meredup jadi kemerahan. Para penumpang travel semua turun dari mobil, menyebar entah ke mana. Saya sempat meminta tolong kepada supir bahwa nanti saya dicarikan hotel di dekat “Istana Tua” – suatu istilah yang baru saya tahu tadi ketika mencari tiket travel. Istana Tua adalah sebutan untuk bekas istana Kerajaan Sumbawa.
Dari atas feri menuju Pulau Sumbawa.