Berikut adalah foto-foto proses pembuatan dluwang (Sunda: daluang).
Pohon dluwang yang siap digunakan berumur sekitar satu setengah hingga dua tahun. Jika pohonnya terlalu tua akan menghasilkan dluwang yang kurang bagus, karena seratnya keras.
Dipotong kira-kira satu jengkal dari permukaan tanah untuk memberikan kesempatan tumbuh tunas baru setelah pohon dipotong.
Dipotong sesuai perkiraan kebutuhan dluwang yang akan dibuat.
Kulit bagian luar (ari) dikupas menggunakan pisau.
Kulit ari.
Melepaskan kulit dari batang.
Kulit dilepaskan dari batangnya.
Kulit lepas dari kayu batangnya.
Kulit direndam selama beberapa menit.
Kulit pohon bagian bawah biasanya lebih lebar daripada bagian atas. Perlu disamakan dengan digunting, agar ketebalan dluwang lebih rata.
Sebelum mulai penumbukan, kayu tatakan perlu dibasahi.
Ada dua alat tumbuk tembaga yang keduanya sama-sama digunakan.
Alat tumbuk sebelah kiri bergaris besar, dan yang sebelah kanan bergaris kecil.
Mulai penumbukan dengan posisi lembaran diagonal, agar proses pelebaran kulit kayu lebih efektif.
Posisi kulit kayu perlu dibolak-balik agar hasilnya lebih merata.
Tumbukan diagonal.
Penumbukan juga dilakukan secara vertikal, searah dengan posisi kulit kayu.
Kerataan serat kulit kayu dalam proses penumbukan juga dipantau dengan diterawang.
Dalam proses penumbukan, kulit kayu sekali-kali dibasahi agar tidak kering.
Mengecek kerataan serat setelah kulit ditumbuk.
Pelebaran kulit dipantau dengan penggaris. Jika lembaran kulit kayu sudah melebar sekitar dua kali lebar sebelum ditumbuk, bisa digabung dengan lembaran hasil penumbukan kulit kayu lainnya.
Dua lembaran ditumpuk untuk menghasilkan lembaran yang lebih lebar.
Setelah ditumpuk rata, siap untuk ditumbuk kembali.
Untuk memudahkan penumbukan dluwang yang telah lebar, sisi kiri lembaran dapat digulung dengan batang kayu dluwang yang tidak terpakai.
Melanjutkan penumbukan.
Dua lembaran dluwang telah benar-benar menyatu.
Hasil akhir dluwang yang lebar.
Diukur dengan penggaris.
Menyiapkan fermentasi dengan daun pisang.
Tangkai daun pisang dibuang.
Daun pisang dibersihkan.
Dibersihkan dan diperas.
Siap diperam selama satu pekan, sebelum dijemur di permukaan halus. Secara tradisional, media jemur yang biasa digunakan adalah batang pohon pisang. Jadi, lembaran dluwang yang telah diperam, dijemur dengan cara dilekatkan pada batang pohon pisang yang memang sangat halus. Setelah kering, dluwang diangkat dan dipotong sesuai keperluan.
* Terima kasih kepada Dr. Tedi Permadi yang telah mengarahkan pembuatan dluwang ini, di Bandung, sekaligus memfotonya.
Betapa butuh kerja ektra untuk sebuah dokumentasi,dluwang ,kertas .menyimpan tulisan . Sungguh sekarang kertas sering tersia sia,terima kasih pak Ali, mengingatkan,bagaimana kertas sangat berjasa untuk menyimpan ingatan
BalasHapus