Jumat, 26 Desember 2014

Ketentuan Pentashihan

Surat Edaran tentang Ketentuan Pentashihan 2014

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an (lembaga di bawah Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI) menerbitkan Surat Edaran baru tentang Ketentuan Pentashihan yang ditujukan kepada seluruh pimpinan penerbit al-Qur'an di Indonesia, tertanggal 12 Desember 2014. Surat Edaran bernomor P.VI/1/TL.02.1/1422/2014 ini diterbitkan berdasarkan rekomendasi hasil sidang evaluasi kegiatan pentashihan yang diselenggarakan oleh Lajnah. 
Tanda tashih.

Kamis, 25 Desember 2014

Qur'an Kuno-kunoan 5

Anomali

Terlihat dari goresannya, para penyalin Qur'an dari zaman ke zaman menorehkan huruf dengan kesungguhan dan kehati-hatian - di samping pengetahuan, serta mungkin, kesucian. Memang tidak semua tulisan mereka bagus dan enak dibaca. Tetapi kehati-hatian dan rasa takzim mereka kepada Qur'an cukup terasa. 
Halaman awal sebuah 'Qur'an kuno-kunoan', koleksi sebuah museum di Jakarta.

Kajian al-Qur'an

Buku Howard M. Federspiel 

Sebuah buku yang secara komprehensif membahas tentang Qur'an di Indonesia adalah karangan Howard M. Federspiel berjudul Popular Indonesian Literature of the Qur'an, terbitan Cornell Modern Indonesia Project, 1994. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berjudul Kajian al-Qur'an di Indonesia: Dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab, diterbitkan oleh Penerbit Mizan, Bandung, cetakan pertama Juli 1996. 
Saya kira hingga sekarang buku ini masih banyak dicari, baik oleh masyarakat umum, maupun, terutama mahasiswa. Namun edisi Indonesia, maupun aslinya dalam bahasa Inggris, sulit ditemukan lagi di pasaran. Nah, jika Anda memerlukan buku tersebut, barangkali link ke edisi Inggris ini ada manfaatnya:
http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/pageviewer-idx?c=cmip&cc=cmip&idno=cmip072&node=cmip072%3A3&view=image&seq=1&size=75
Terjemahahan buku Federspiel dalam bahasa Indonesia.

Minggu, 14 Desember 2014

'Shadow' pada kertas Eropa

Apa itu shadow pada kertas abad ke-18?

Dalam pos tentang cap kertas sebelum ini (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2014/11/cap-kertas.html#more), kita melihat betapa pentingnya melihat 'shadow' (semacam bayangan) pada chain line (garis tebal) suatu kertas Eropa. Itu 'teori' sederhana dari Dr Russell Jones untuk membedakan antara kertas abad ke-17-18 (ber-shadow) dan kertas abad ke-19 (tanpa shadow). Nah, apa itu 'shadow' yang dimaksud oleh Pak Russell? 
Bayangan (shadow) di sepanjang garis tebal. 

Sabtu, 15 November 2014

Cap Kertas "Blauw & Briel"

Kemarin (15-11-2014) saya menulis email kepada Russell Jones (sekitar 85 tahun), ahli kertas Eropa, khususnya yang digunakan dalam naskah-naskah Nusantara. Di samping ketekunannya yang luar biasa dalam memperhatikan kertas -- suatu bidang yang amat sedikit diperhatikan orang -- ia juga seorang ahli sastra, dan menulis disertasi tentang naskah sastra sufi Hikayat Ibrahim bin Adham.

Iluminasi halaman akhir Qur'an PNRI A.47. (Foto: Repro Illuminations)

Sabtu, 16 Agustus 2014

Mencetak Qur'an

Berapa lamakah mencetak Qur’an pada masa lampau?

Kita patut bersyukur bahwa dari kolofon (catatan naskah) Qur’an cetakan tertua di Indonesia—dan juga di Asia Tenggara—kita bisa memperoleh informasi tentang jumlah cetak dan lama mencetak Qur'an pada zaman dahulu. Berapa lamakah?
Kolofon di akhir Qur'an dalam tulisan Jawi (Arab-Melayu).

Minggu, 10 Agustus 2014

Menyalin Qur'an

Berapa lamakah menyalin Qur’an pada masa lampau?

Tidak seperti zaman sekarang, hingga akhir abad ke-19 kebanyakan Qur’an disalin dengan tangan. Memang, sejak pertengahan abad ke-19 telah muncul percetakan mushaf, namun produksinya sangat terbatas, dan pencetakan massal baru terjadi pada awal abad ke-20 seiring dengan kemajuan teknologi percetakan (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/02/pencetakan-quran.html). Muncul pertanyaan, berapa lamakah menyalin sebuah mushaf pada masa lampau?
Kolofon "Kanjeng Kiai Qur'an" dalam huruf pegon (Arab-Jawa).

Rabu, 25 Juni 2014

Mustafa Nazif

Penulis “Qur’an Kudus”

Melalui perbadingan tulisan, dapat dipastikan bahwa penulis "Qur'an Kudus" adalah Mustafa Nazif (lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html). Namun, siapa dia? Dalam literatur kaligrafi Turki saya menemukan ada tiga nama "Nazif", yaitu Mustafa Nazif, Haji Nazif Bey (1846-1913), dan Mehmed Nazif . Pertanyaannya, apakah tiga nama Nazif itu sebenarnya satu orang, atau masing-masing berbeda?  Penasaran dengan teka-teki itu, saya bertanya kepada Prof. M. Ugur Derman, sejarawan kaligrafi Turki terpandang saat ini. 
Kolofon di akhir Qur'an yang menyatakan bahwa penulisnya adalah Mustafa Nazif.

Sabtu, 05 April 2014

Qur'an abad ke-9

Qur'an abad ke-9 M

Di bawah ini adalah sejumlah contoh lembaran Qur'an dari abad ke-9 M. Berbeda dengan Qur'an dari abad ke-8 yang vertikal (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2014/04/quran-abad-ke-8.html), Qur'an dari abad ke-9 berciri horizontal, dengan huruf yang lebih rapi dan indah. Penghiasan Qur'an (iluminasi) juga mulai diusahakan. 

 1. Qur'an abad ke-9. Koleksi Turkish and Islamic Art Museum, Istanbul.

Qur'an abad ke-8

Qur'an abad ke-8 M

Di bawah ini adalah sejumlah contoh lembaran Qur'an dari abad ke-8 M. Kaligrafi dan iluminasi mushaf tampak masih sederhana. Berbeda dengan sejumlah mushaf abad ke-9 yang horizontal (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2014/04/quran-abad-ke-9.html), mushaf abad ke-8 ini vertikal. Namun pada awal abad ke-11 - sejak gaya tulisan Naskhi mulai digunakan, dan Kufi mulai ditinggalkan - kecenderungan ini kembali ke vertikal, hingga kini. 
 1. Qur'an abad ke-8. Koleksi Turkish and Islamic Art Museum, Istanbul. 

Jumat, 21 Maret 2014

Qur'an "tiban"

Jangan langsung percaya! (9)

        Rupanya berita ini sudah lama, 8/8/2011, tapi saya baru menemukan di internet: “Pria misterius sumbangkan al-Qur’an Kuno” <http://nasional.news.viva.co.id/news/read/238871-pria-misterius-sumbangkan-al-quran-kuno>. Modus “misterius” seperti itu juga pernah terjadi di Desa Bojongleles, Banten, April 2009 <https://quran-nusantara.blogspot.com/2013/03/quran-kuno-kunoan-2.html>. Pada waktu itu, karena baru pertama kali muncul, masyarakat dan instansi terkait benar-benar dibuat sibuk oleh Qur’an tiban (tiba-tiba ada) itu.  
        Nah, entah mengapa, tampaknya “keajaiban” dan hal-hal yang di luar akal, sering dijadikan modus untuk 'memperkenalkan' Qur’an sejenis itu di masyarakat. Sekitar tiga tahun yang lalu, ada seseorang datang ke sebuah museum membawa Qur’an dan “berceramah” dengan panjang lebar dan berapi-api (dalam logat Sumatera – maaf) bahwa di dalam Qur’an yang dibawanya itu ada tanda tangan Paus Johanes Paulus! Hah, apa hubungan Qur’an ini dengan Sang Paus? Ketika seorang kawan menanyakan di mana tanda tangannya, dia jawab, “Wah, itu tidak bisa dilihat oleh orang biasa!” Dan, dia pun mengatakan, dengan nada meyakinkan, bahwa Qur'an tersebut muncul bersama halilintar yang menyambar! Ono-ono ae!
Beberapa Qur'an 'kuno-kunoan' dari daun lontar. 

Jumat, 14 Maret 2014

Pedoman Qur'an Braille

Pedoman membaca dan menulis Qur'an Braille Indonesia

Buku Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur'an Braille ini merupakan hasil dari serangkaian usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak, yang dimediasi oleh Lajnah, untuk menyeragamkan dan menyempurnakan standardisasi cara membaca dan menulis mushaf al-Qur'an Braille. Buku ini merupakan pedoman bagi para pembimbing, pentashih, dan penerbit mushaf al-Qur'an Braille di Indonesia. 
Buku ini dapat dibaca secara lengkapdan diunduh dalam format pdf, di sini: https://www.academia.edu/6401887/Pedoman_Membaca_dan_Menulis_Al-Quran_Braille (Jika Anda belum memiliki akun Academia.edu <https://www.academia.edu/>, harus mendaftar terlebih dahulu. Mudah!)
Saat ini buku yang disusun oleh tim dari Lajnah dan lembaga terkait lainnya ini sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Arab agar dapat menjangkau pembaca yang lebih luas. Dalam pertemuan tunanetra Muslim di Istanbul tahun 2013 buku ini memperoleh apresiasi yang sangat positif.

Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur'an Braille, Jakarta: Lajnah, 2012.

Jumat, 28 Februari 2014

Booklet Mushaf al-Bantani

Buku panduan Mushaf al-Bantani

Mushaf al-Bantani diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Banten, terbit pertama kali pada tahun 2010. Penerbitan mushaf beriluminasi indah tersebut disertai dengan buku kecil berjudul "Panduan Iluminasi dan Kaligrafi Mushaf al-Qur'an al-Bantani" yang berisi penjelasan mengenai asal usul ragam iluminasi dan penulisan kaligrafi mushaf. Pada halaman akhir terdapat lampiran yang berisi susunan tim penulisan mushaf. 
Buku ini disusun oleh ketua tim penelitian mushaf, yaitu Tubagus Najib al-Bantani, dengan editor Dr Ahmad Tholabi Kharlie. Diterbitkan oleh MUI Provinsi Banten, cetakan ke-2, Januari 2011. Dicetak oleh Lembaga Percetakan al-Qur'an Kementerian Agama RI. Diunggah lengkap, xii + 114 halaman, melalui Academia.edu (https://www.academia.edu/). Bagi yang belum memiliki akun harus mendaftar terlebih dahulu. Mudah! 
Selanjutnya sila unduh di: https://www.academia.edu/6231979/Panduan_Iluminasi_dan_Kaligrafi_Mushaf_al-Quran_al-Bantani

Jumat, 21 Februari 2014

Khasiat Qur'an kecil?

Jangan langsung percaya! (8)

Ada seorang pembaca blog yang bertanya tentang khasiat Qur'an kecil. Nah, sebaiknya kita jangan buru-buru percaya pada informasi tentang khasiat-khasiat super dahsyat, yang tidak masuk akal, di luar kewajaran, dari sebuah Qur’an kecil. Namun, memang kenyataan, ada sebagian masyarakat yang mempercayainya. Padahal, Qur’an bagaimanapun tetap Qur’an. Besar atau kecil hanya soal ukuran! Qur’an adalah pedoman hidup Muslim, dan merupakan petunjuk bagi yang membaca dan memahami isi-nya.
        Terkait ini, kita perlu tahu bahwa tidak sedikit Qur’an kecil yang dicetak sembarangan – kalau tidak dikatakan ngawur. Teks Qur'annya tidak bisa dibaca, bahkan sebagian ayat terhapus, karena mutu cetakan tidak sempurna. Juga sebagian halaman masih terlipat, tidak bisa dibuka, dan mutu jilidan yang 'kacau'. Kok tega ya, orang memproduksi dan menjual Qur’an seperti itu?!
     Nah, bagaimana mungkin sebuah Qur’an kecil yang dicetak sembrono seperti ini bisa memberi khasiat super dahsyat di luar akal sehat?
Cetakan teks Qur'an yang tidak sempurna.

Qur'an Kecil Peninggalan Cheng Ho?

Jangan langsung percaya! (7)

Ada informasi di sebuah blog yang menyatakan bahwa sebuah Qur’an kecil mirip foto di bawah ini (lebih lanjut lihat http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/12/lagi-quran-kecil.html) merupakan peninggalan Laksamana Cheng Ho! Nah, sebaiknya kita jangan buru-buru percaya. Mengapa? Cheng Ho merupakan penjelajah Muslim yang hidup pada tahun 1371-1433 (lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho). Beberapa penjelajahannya ke sejumlah pelosok negeri dilakukannya pada awal abad ke-15, yaitu antara tahun 1405-1433. Sedangkan Qur’an kecil yang ditunjukkan dalam informasi tersebut, sebagaimana terbaca pada kolofon (catatan naskah) di akhir Qur’an, adalah jelas-jelas cetakan Istanbul, akhir abad ke-19 (lihat juga http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/12/quran-kecil.html). Penulis asli Qur'an ini adalah Hafiz Usman, seorang kaligrafer (khattat) kenamaan Kesultanan Turki Usmani, selesai ditulis pada awal bulan Sya'ban 1097 H (Juni 1686). Namun Qur'an ini sendiri adalah hasil cetakan, yaitu dicetak di Percetakan Usmaniyah (al-Matba'ah al-Usmaniyah) pada Ramadan 1304 H (Juni 1887). 

Minggu, 09 Februari 2014

Booklet Mushaf at-Tin

Booklet Mushaf at-Tin, 1999

"Mushaf at-Tin" merupakan mushaf al-Qur'an yang dipersembahkan oleh keluarga almarhum mantan Presiden HM Soeharto untuk almarhumah Ibu Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Mushaf indah yang ditulis tidak lama setelah Mushaf Istiqlal dan Mushaf Sundawi ini selesai pada tahun 1999 (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/mushaf-at-tin-1999-mushaf-ini-adalah.html). 
Di bawah ini adalah booklet yang menyertai cetakan mushaf tersebut, berisi penjelasan mengenai konsep kaligrafi dan iluminasi, sumber ide iluminasi, keterangan tanda baca, tanda waqaf, daftar juz dan surah, serta struktur organisasi pelaksanaan dan skema teknis kerja dalam pembuatan Mushaf at-Tin. 

Rabu, 29 Januari 2014

Catatan dari Australia

Perjalanan ke Adelaide dan Sydney, Australia
(2-20 Februari 2011)

Pengantar. Ini catatan lama. Tanggal 2-20 Februari 2011 saya mendapat kesempatan  berkunjung ke Adelaide, Australia, untuk melakukan kajian dan dokumentasi naskah abad ke-19 milik seorang kolektor. Separuh dari 50 naskah koleksinya adalah Qur'an, berupa manuskrip dan cetakan (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/07/australia-sejumlah-quran-milik-seorang.html). Saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh The Barakat Trust dan orang-orang yang baik, sebelum dan sepanjang perjalanan, yaitu Ellen, Pak Shohib, James, Bona, Kak Nasser, dan Kak Iya. Budi baik mereka tidak akan saya lupakan. Mudah-mudahan catatan ini ada manfaatnya.
Saya, Bona, dan James di pantai "laut selatan" Australia.

Senin, 27 Januari 2014

Qur'an Surau

Qur’an Surau, Sumatera Barat

Saat ini, koleksi Qur’an tampaknya lebih banyak ditemukan di museum atau perpustakaan daripada di tempat aslinya, yaitu di lembaga-lembaga keagamaan seperti pesantren, masjid, meunasah, atau surau. Itu artinya, naskah telah berpindah tangan, tidak lagi di tempat asalnya ketika naskah tersebut digunakan dan diperlakukan sehari-hari oleh pemakainya. Sebenarnya hal itu patut disayangkan, karena tradisi naskah tersebut telah tercabut dari akarnya, sehingga ada sesuatu yang hilang.
Sebuah Qur'an dari Surau Bintungan Tinggi, Pariaman.

Senin, 06 Januari 2014

Penghafal Qur'an

Para Penghafal Qur'an (1)
Penghafal Qur’an di Batavia abad ke-17

Agaknya, tidak banyak kisah yang kita ketahui tentang para penghafal Qur’an di Nusantara sebelum ketokohan Mbah Munawwir Krapyak, Yogyakarta, pada paruh pertama abad ke-20. Mungkin saja dahulu banyak para penghafal Qur’an, mengingat bahwa ‘sekolah-sekolah’ atau tempat pengajian senantiasa tumbuh bersama perkembangan masyarakat Islam. Tapi bagaimana keadaan yang sesungguhnya, dan siapa nama para hafiznya, tidak banyak diketahui. Nah, di antara gelapnya masalah ini, ada sepenggal kisah yang pantas kita kutip di sini. Saya kutip lengkap saja:
Cover buku Batavia (detail)