Sabtu, 28 April 2012

Mushaf Bahriyah

Mushaf Bahriyah, cetakan Turki, 1910-1911

Dalam penelusuran di Istanbul, Turki, Mushaf Al-Qur’an Bahriyah terdapat dalam koleksi Beyazit Devlet Kutuphanesi, sebuah perpustakaan pemerintah, dengan nomor koleksi V 4119 M. Mushaf tersebut berukuran agak kecil, yaitu 17,5 x 10,5 dengan ketebalan 3 cm. Cover mushaf berwarna coklat dengan hiasan berbentuk segi empat dan motif floral yang dicapkan pada permukaan cover dengan teknik blind stamping (cap tanpa tinta).

Cetakan Turki 1881

Mushaf Cetakan Turki, 1881

Mushaf ini dicetak di Matba'ah Usmaniyah, Sya'ban 1298 H (Juni/Juli 1881). Sumber Turki menjelaskan bahwa pemerintah Turki Usmaniyah pada akhir abad ke-19 pernah mengirim ratusan Qur'an ke kawasan Asia Tenggara - diduga kuat (untuk tidak mengatakan pasti) adalah mushaf cetakan ini. Mushaf ini adalah milik sebuah keluarga di Wajo, Sulawesi Selatan.

Artikel terkait:
"Sejak kapaankah penomoran ayat dalam mushaf al-Qur'an?" http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/12/nomor-ayat-dalam-quran.html
Kulit mushaf (kiri).

Mushaf cetakan tertua di Nusantara

Mushaf Cetakan Tertua di Nusantara
Cetakan Palembang, 1848

Sejauh yang diketahui hingga sekarang, Al-Qur'an cetakan tertua di Indonesia—dan juga di Asia Tenggara—adalah cetakan Palembang, yang selesai dicetak pada hari Senin, 21 Ramadan 1264 H (21 Agustus 1848 M).  Mushaf cetakan tertua ini adalah milik H. Abd Azim Amin, M.Hum, Kampung Tiga Ulu, Palembang, yang mewarisi mushaf tersebut dari pencetaknya sendiri.
Mushaf ini ditulis oleh Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah, dicetak oleh Ibrahim bin Husin asal Singapura, di percetakan milik Haji Muhammad Azhari sendiri. Ukuran naskah 30 x 20 x 3 cm, bidang tulis 21 x 13 cm, tebal 607 + 2 halaman kolofonKertas tipis putih halus, tidak ada watermark; tidak ada kulit/sampul, pinggir jilidan disepuh emas; setiap juz terdiri atas 20 halaman; tanda ayat berupa lingkaran hitam, sebagian dibubuhi emas; masing-masing juz dibagi dalam nisf; setiap juz dan nisf ditandai dengan hiasan di bagian kanan dan kiri; tulisan juz di dalam lingkaran dari juz 1-10 merupakaan tulisan baru; variasi hiasan awal juz dan nisf, di kiri dan kanan halaman, selalu berbeda, menunjukkan kekayaan motif dan keterampilan yang memadai; di bagian atas terdapat nama surah kecil, dan di bagian bawah terdapat angka halaman (ini merupakan sesuatu yang baru); catatan qira’at terutama di bagian awal al-Qur’an merupakan catatan baru, bukan asli cetakan; halaman awal Surah al-Kahf kotor – dan lebih kotor lagi adalah awal Surah Yasin, bahkan jilidan dan satu lembar halaman awal lepas – menunjukkan bahwa kedua surah ini pada masa lalu sering dibaca.
Halaman luminasi awal mushaf.

Kamis, 26 April 2012

Qur'an Cetakan Awal

Mushaf Cetakan India
(Koleksi pribadi, Palembang)

Di Nusantara, Qur’an cetakan India ditemukan di berbagai tempat, yaitu Kerinci, Palembang, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lombok, Bima, Pulau Penyengat, Maluku, hingga Filipina Selatan. Qur’an cetakan tersebut kini merupakan koleksi pribadi, masjid, pesantren, dan museum, baik di dalam maupun luar negeri. Ada beberapa model cetakan yang ditemukan, menunjukkan bahwa industri pencetakan Qur’an (di samping naskah keagamaan lainnya) di India pada masa itu berlangsung cukup ramai, karena melibatkan beberapa nama percetakan. Perdagangan Qur’an India di Nusantara pun berlangsung lama, sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 – sementara pengaruhnya, jangan lupa, masih terasa hingga sekarang.  
Di bawah ini sebuah contoh cetakan India, akhir abad ke-19. 

Rabu, 18 April 2012

Mushaf cetakan Singapura

Bali
Masjid Agung Jami' Singaraja

Kolofon sebuah mushaf cetakan Singapura tahun 1869 berbunyi: 
Qad hasala al-firāgh min tahrīri hāzā al-Qur’ān al-Majīd bi-fadlillāhi al-Qādir bi-yadi aqalli al-kuttāb Muhammad Hanafi bin as-Sulaimān as-Sumbāwī fī awā’il asy-syahr min Sya‘bān fī yaum al-Isnain al-mubārak fī hilāl s-l-s sanat 1286 sitt wa samānīn wa mi’atain ba‘da al-alif min hijrat al-muqaddasah an-nabawiyyah lisy-Syaikh Muhammad ‘Alī bin al-Marhūm al-Mustafā min bilād Purbalinqa (f-r-b-l-n-q-a) fī qaryat as-Sirr an-Nūr wa natba‘ [?] fī matba‘at al-Amān fī bilād as-Sinqāpūr fī az-zamān ad-daulat as-Sultān ‘Alī bin al-Marhūm as-Sultān Husain Iskandar Syāh ghafarallāhu lī wa lakum wa li-sāhibi at-tab‘i al-ikhwān al-masāni' minal-muslimīn wal-mu’minīn ajma’īn. Āmīn.
Halaman iluminasi awal mushaf.
Bali
[Koleksi: Masjid Baitul Qadim, Loloan, Negara]


 

Mushaf Banten Koleksi Perpustakaan Nasional RI (1)

Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, mengoleksi cukup banyak naskah asal Banten, beberapa di antaranya berupa manuskrip al-Qur’an dan tafsir. Naskah-naskah al-Qur’an di antaranya bernomor A.50, A.51a-e, A.52a-k, A.53a-k, A.54a-e, dan W.278. Tulisan ini ingin memperkenalkan secara singkat keenam naskah mushaf tersebut, dan memberikan gambaran terutama dari sisi fisiknya.
        Memang, di antara keenam naskah al-Qur’an tersebut, hanya satu yang memiliki kolofon (keterangan naskah), yaitu mushaf bernomor A.50. Kolofon dalam bahasa Jawa itu berbunyi “Alamat Qur’an kagungane Kangjeng Sultan Banten Muhammad Aliyuddin ibn Sultan Muhammad Arif” yang menunjuk kepada Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (bertakhta 1777-1802). Naskah-naskah lainnya, meskipun tidak memiliki kolofon, namun berdasarkan ciri kaligrafinya, saya menduga kuat bahwa naskah al-Qur’an nomor A.51, A.52, A.53, A.54 juga berasal dari Banten. Hal ini diperkuat oleh Annabel Teh Gallop (ahli naskah Islam Asia Tenggara di British Library, London), yang meneliti iluminasi dan ciri-ciri lainnya, dan lebih jauh berkesimpulan bahwa sejumlah naskah lainnya koleksi PNRI berasal dari Banten. 
        Dalam naskah A.67 dan A.69 tercantum nama Sultan Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin, seperti terdapat dalam A.50. Berdasarkan kepastian kolofon tersebut, naskah-naskah di atas dapat dikaitkan dengan asal yang sama. Sifat-sifat tertentu naskah tersebut, yaitu (1) ukurannya jauh lebih besar dari rata-rata naskah Nusantara, mungkin karena berasal dari lingkungan keraton yang perpustakaannya lebih mewah; (2) ruang tulisan (text block) hampir sampai ke pinggir kertas, sehingga pias (margin) sangat sempit, berbeda dengan umumnya naskah Nusantara yang biasanya memiliki margin lebih luas; (3) kaligrafi/khat lebih bagus dan lebih memiliki disiplin daripada kebanyakan naskah berhuruf Arab dari Nusantara lainnya; dan (4) kata ‘Allah’ seringkali ditulis dengan tinta merah. Ini merupakan salah satu ciri yang khas.
        Qur'an-Qur'an yang berasal dari Kesultanan Banten koleksi Perpustakaan Nasional RI ini merupakan bagian dari puluhan naskah lainnya yang pada umumnya berupa naskah keagamaan dalam huruf Arab. Naskah-naskah ini, bersama dengan benda lainnya seperti mahkota (kini menjadi koleksi Museum Nasional), senjata, pakaian, gamelan, dll, 'dirampas' oleh Belanda dari keraton Banten, setelah Belanda mengasingkan Sultan terakhirnya ke Surabaya, pada tahun 1832.

(1) Naskah A.51a-e
Naskah ini terdiri atas lima jilid, masing-masing jilid berisi enam juz. Kondisi naskah kurang baik, karena kertas telah cukup parah dimakan tinta. Banyak bagian yang sudah tidak terbaca. Ukuran sampul 31 x 20 cm., dan ukuran halaman 30,5 x 19,5 cm. Jumlah halaman masing-masing jilid, [a] 496, [b] 643, [c] 608, [d] 601, dan [e] 691 halaman.

 Naskah A.51a-e. (Foto: Art Gallery of South Australia)

Qur'an Aceh

Aceh
Mushaf Aceh dalam berbagai koleksi dunia

Al-Qur'an dari Aceh—yang mudah dikenali dari bentuk, motif dan warna hiasannya—kini telah menjadi koleksi berbagai lembaga di dalam dan luar negeri. Di Aceh sendiri, tiga lembaga penting yang mengoleksi sejumlah naskah Al-Qur'an Aceh, yaitu Museum Negeri Nanggroe Aceh Darussalam, Jl. Sultan Alauddin Syah, Banda Aceh, mengoleksi sebanyak 32 Al-Qur'an Aceh [Kepala museum mengatakan, memiliki koleksi  70 naskah]; Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy Jl. Sudirman no.20 Banda Aceh mengoleksi 20 Al-Qur'an; dan Dayah Tanoh Abee, Seulimum, Ujong Mesjid, Aceh Besar, mengoleksi 23 buah. Selain tiga lembaga tersebut, di Aceh, sejumlah Al-Qur'an juga dimiliki oleh perorangan yang merupakan ahli waris keluarga.
 
 Mushaf koleksi Museum Negeri Aceh.

Selasa, 17 April 2012

Bibliografi Kajian Qur'an Nusantara



Bibliografi Kajian Mushaf Al-Qur'an Nusantara
[Diperbarui 24 Januari 2015]

Buku
Atjeh, Aboebakar. 1989. Sejarah Al-Qur'an. Solo: Ramadhani. Cetakan ke-6 [Cetakan ke-1 tahun 1948]
Bafadhal, Fadhal AR dan Anwar, Rosehan. 2005. Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan
Baker, Colin F. 2007. Qur’an Manuscripts: Calligraphy, Illumination, Design. London: The British Library. [hlm. 90-94]
Kawashima Midori (ed.). 2012. The Qur'an and Islamic Manuscripts of Mindanao. Tokyo: Institute of Asian Cultures, Sophia University. [Contributors: Tirmizy E. Abdullah, Annabel Teh Gallop, Kawashima Midori, Ervan Nurtawab, Labi Sarip Riwarung]
Syarif, M Ibnan. 2003. Ketika Mushaf Menjadi Indah. Semarang: Aini
Zain, Dzul Haimi Md. 2007. Ragam Hias Al-Qur'an di Alam Melayu. Kuala Lumpur: Utusan Publications and Distributors [Ulasan singkat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/ragam-hias-quran-melayu.html#more] 

Booklet
1997. Penulisan Al-Qur'an Mushaf Sundawi Jawa Barat.
Buchari, Mahmud. 1999. Al-Qur’an: Manuskrip Mushaf Wakaf untuk Mengenang Almh. Ibunda Hjh. Fatimah Siti Hartinah Soeharto, (Jakarta: Kharisma).

Bagian dari buku, Jurnal
Akbar, Ali. 2004. ”Menggali Khazanah Kaligrafi Nusantara: Telaah Ragam Gaya Tulisan dalam Mushaf Kuno”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 2 (1): 57-72
Akbar, Ali. 2005. ”Memperindah Firman Allah: Beberapa Aspek Kodikologi MS A.47 Koleksi Perpustakaan Nasional, Jakarta”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 3 (2): 219-233
Akbar, Ali. 2005a. ”Mushaf-mushaf Banten: Mencari Akar Pengaruh”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 97-109
Akbar, Ali. 2006. ”Tradisi Lokal, Tradisi Timur Tengah, dan Tradisi Persia-India: Mushaf-mushaf Kuno di Jawa Timur”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 4 (2): 242-261
Akbar, Ali. 2006. ”Beberapa Aspek Mushaf Kuno Indonesia”. Jakarta, Dialog, No.61, Th.29, h. 78-93
Akbar, Ali. 2007. ”Tracing Individual Styles: Islamic Calligraphy from Nusantara”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 5 (2): 244-255. [Terjemahan oleh Dr. Annabel Teh Gallop]
Akbar, Ali. 2010. “Mushaf Sultan Ternate Tertua di Nusantara?: Menelaah Kembali Kolofon”, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol.8, No.2, h. 283-296
Akbar, Ali. 2010. “Khazanah Mushaf Kuno Nusantara” dalam Oman Fathurahman, dkk (ed.) Filologi dan Islam Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan), h. 181-208
Akbar, Ali. 2011. “Tradisi Mushaf Al-Qur’an di Lombok” dalam Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan Tafsir al-Qur’an di Indonesia (katalog pameran), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an), h.7-13 [Lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/tradisi-mushaf-al-quran-di-lombok.html]
Akbar, Ali. 2012. "Khazanah Mushaf Al-Qur'an Kuno Maluku" (katalog pameran) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an)
Akbar, Ali. 2011. “Pencetakan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia”, Suhuf, Vo.4, No.2, h. 271-287 [Bisa diunduh di sini: http://lajnah.kemenag.go.id/unduhan/category/8-jurnal-suhuf-vol-4-no-2-tahun-2011.html]

Akbar, Ali. 2014. "Manuskrip Al-Qur'an dari Sulawesi Barat: Kajian Beberapa Aspek Kodikologi", Suhuf, Vol.7, No.1, h. 101-123
Akbar, Ali. 2015. "The Influence of Ottoman Qur'ans in Southeast Asia Through the Ages" dalam A.C.S. Peacock dan Annabel Teh Gallop (eds.), From Anatolia to Aceh: Ottomans, Turks, and Southeast Asia, (Oxford: Oxford University Press), h. 311-334
Al-Haqiri, M Syatibi. 2005. ”Menelusuri Al-Qur'an Tulisan Tangan di Lombok”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 142-168
Anwar, Rosehan. 2005. ”Mushaf Kuno di Palembang”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 68-96
Arsyad, Harisun. 2006. ”Menelusuri Khazanah Mushaf Kuno di Aceh”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 4 (2): 214-241
Behrend, Tim. 2005. “Frontispiece Architecture in Ngayogyakarta: Notes on Structure and Sources”, Paris: Archipel 69, h. 39-60
Buchari, Mahmud. 1991. “Mushaf Al-Qur'an Istiqlal”. Dalam Joop Ave (ed.), Nafas Islam Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Kementerian Parpostel, h. 136-151
Buchari, Machmud. 1992. “The Mushaf of Al-Qur’an at Istiqlal”. London: Arts & The Islamic World, No. 21.
Fathoni, Ahmad. 2005. ”Sebuah Mushaf dari Sumedang”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 124-141
Gallop, Annabel Teh and Akbar, Ali. 2006. “The Art of the Qur’an in Banten: Calligraphy and Illumination”, Paris: Archipel 72, h. 95-156
Gallop, Annabel Teh. 2002. “Seni Hias Manuskrip Melayu” dalam Warisan Manuskrip Melayu, Kuala Lumpur: Perpustakaan Negara Malaysia, h. 233-259
Gallop, Annabel Teh. 2004. “An Acehnese Style of Manuscript Illumination”, Paris: Archipel 68, h. 193-240 
Gallop, Annabel Teh. 2004a. ”Seni Mushaf di Asia Tenggara”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 2 (2): 121-143 [diterjemahkan oleh Ali Akbar. Versi bahasa Inggris berjudul ”The Art of Qur’an in Southeast Asia”, dalam Fahmida Suleman (ed.), Word of God, Art of Man: The Qur’an and Its Creative Expression, (London: Oxford University Press and The Institute of Ismaili Studies, 2007, h. 191-204]
Gallop, Annabel Teh. 2005. “Seni Naskah Islam di Asia Tenggara”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 3 (1): 1-29 [diterjemahkan oleh Ali Akbar. Versi bahasa Inggris berjudul ”Islamic Manuscript Art of Southeast Asia”, dalam James Bennett (ed.), Crescent Moon: Islamic Art & Civilisation in Southeast Asia, Adelaide-Canberra: Art Gallery of South Australia-National Gallery of Australia, 2005-2006, h. 158-183]
Gallop, Annabel Teh. 2005a. ”The Spirit of Langkasuka? Illuminated Manuscripts from the East Coast of the Malay Peninsula”. London, Indonesia and the Malay World, 33 (96): 113-182
Gallop, Annabel Teh.  2008. “From Caucasia to Southeast Asia: Daghistani Qur’ans and the Islamic manuscript tradition in Brunei and the Southern Philippines. I-II.  Manuscripta Orientalia, 14 (1), June 2008, pp.32-56; 14 (2), December 2008, pp.3-20.
Gallop, Annabel Teh. 2010. “The Bone Qur’an from South Sulawesi”, dalam Treasures of the Aga Khan Museum: Arts of the Book and Calligraphy, ed. Margaret S. Grases and Benoit Junod, Istanbul: Aga Khan Trust for Culture and Sakip Sabanci University & Museum, pp.162-173.
Gallop, Annabel Teh. 2011. “A note on the Quran of Bayang, and illuminated Islamic manuscripts from the Philippines” dalam Kawashima Midori.  2011 (forthcoming).  Conservation of the Islamic manuscripts of Mindanao: a case of the Qur’an of Bayang. With notes by Annabel Teh Gallop.Nashionarizumu Fukko no Naka no Bunka Isan: Ajia-Afurika no Aidenteitei Saikochiku no Hikaku (Cultural Heritage in the Resurgence of Nationalism: A Comparison of the Re-structuring of Identity in Asian and Africa), edited by Kisaichi Masatoshi.  Tokyo: Institute of Asian Cultures of Sophia University.
Gallop, Annabel Teh. 2011. “Qur’an Manuscripts from Mindanao in U.S. Collections” http://www.oovrag.com/essays/essay2011a-1.shtml
Gallop, Annabel Teh. 2011. “Islamic Manuscripts from The Philippines in U.S. Collections: a preliminary listing, including two printed Qur’ans” http://www.oovrag.com/bibliography/bibliography13.shtml
Gallop, Annabel Teh. 2011. “An Acehnese Qur’an Manuscript in Belgium” dalam Titik Pudjiastuti dan Tommy Christomy (eds), Teks, Naskah, dan Kelisanan Nusantara, Jakarta: Yanassa, h. 50-72
Gallop, Annabel Teh. 2012. “The Art of the Malay Qur’an: Treasures from Terengganu” Arts of Asia, Jan-Feb 2012 [hlm.?]
Hanafie, Komar. 1991. “Perkembangan al-Qur’an di Indonesia: Sebuah Telaah Kronologis”. Naskah dan Buku [Katalog pameran]. Jakarta: Festival Istiqlal I.
Huism, Tan. 2010. ”A Royal Terengganu Qur’an in the Collection of the Asian Civilisations Museum”, Arts of Asia, 40 (1): 96-100
Munawiroh. 2005. ”Mushaf Kuno di Kalimantan Timur”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 220-236
Munawiroh. 2007. “Mushaf Kuno di Provinsi Sulawesi Tenggara”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 5 (1): 19-38
Peeters, Jeroen. 1995. ”Palembang Revisited: Further Notes on the Printing Establishment of Kemas Haji Muhammad Azhari, 1848”. International Institute for Asian Studies (IIAS) Yearbook 1995, h. 181-190
Razak, Rajabi Abdul and Trevathan, Idries. 2010. “The 19th-century Malay Qur’an: A Comparative Study of Materials and Techniques”, Journal of Islamic Manuscript, 1: 79-94
Riddell, Peter G. 2002. “Rotterdam MS 96 D 16: The Oldest Known Surviving Qur'an from the Malay World. Indonesia and the Malay World, 30(86):9-20.
Saefullah, Asep. 2005. “Kesucian dalam Keindahan: Seni Mushaf Al-Qur’an dari Pulau Sumbawa”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 3 (2): 234-260
Saefullah, Asep. 2007. “Ragam Hiasan Mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal Jakarta”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 5 (1): 39-62
Saefullah, Asep. 2008. ”Aspek Rasm, Tanda Baca dan Kaligrafi pada Mushaf-mushaf Kuno Koleksi Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal, Jakarta”. Jakarta: Suhuf, 1 (1): 87-110
Shohib, Muhammad. 2005. ”Manuskrip Al-Qur'an di Kalimantan Barat”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 169-212
Sudrajat, Enang. 2005. ”Mushaf Kuno Jawa Barat”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 110-123
Surur, Bunyamin Yusuf. 2005. ”Mushaf Kuno di Sulawesi Selatan”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 237-259
Sya’roni, Mazmur. 2003. “Beberapa Aspek Mushaf Kuno di Sumatra”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 1 (2): 174-189
Sya’roni, Mazmur. 2005. ”Ragam Penulisan Mushaf Kuno di Riau”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 1-67
Syukri, M Abdan. 2005. Mushaf Syekh al-Banjari”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 213-219
Wieringa, Edwin P. 2009. ”Some Javanese Characteristics of a Qur’an Manuscripts from Surakarta”, dalam Stefanie Brinkmann/Beate Wiesmüller, From Codicology to Technology: Islamic Manuscripts and their Place in Scholarship. Berlin: Frank & Timme, 2009, h. 101-129
Yoesqi, Moh. Isom. 2005. ”Penulisan Mushaf Al-Qur'an di Kedaton Kesultanan Ternate”, dalam Fadhal AR Bafadhal dan Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, h. 260-283
Yunardi, E Badri. 2007. ”Beberapa Mushaf Kuno dari Provinsi Bali”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 5 (1): 1-18

Koran, Majalah Mingguan
Ahmad, Hamid. 1990. “Tangan-tangan Penuh Cinta Menuliskan Kalam Tuhan”. Jakarta: Pelita, 2 Desember.
Ahmad, Hamid. 1991. “Mushaf al-Qur’an Kuno Asli Indonesia”. Jakarta: Pelita, 11 November.
Akbar, Ali. 2008. ”Tradisi Penyalinan Al-Qur'an di Aceh”. Jakarta: Republika, 7 Agustus 2008
Buchari, Machmud. 1991. “Menuju Qur’an Resmi Beriluminasi Khas Indonesia”. Bandung: Mitra Desa, Oktober.
Gallop, Annabel Teh. 2003. ”A Remarkable Penang Qur’an Manuscript”. Heritage Asia, h. 38-41 [Edisi Desember 2003 – Februari 2004]
Hadebae, Rahmat. 1991. “Quran Berbaju Indonesia”. Jakarta: Editor No. 25, 2 Maret.
Hidayat, Syarif. 1991. “Mushaf sebagai Jiwa Naskah Islami”. Bandung: Mitra Desa, 25 Oktober.

Belum terbit (Makalah, Tesis, dan Disertasi)
Akbar, Ali. 2005. ”Kaligrafi dalam Mushaf Kuno Nusantara: Telaah Naskah-naskah Koleksi Perpustakaan Nasional RI”. Tesis Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
Gallop, Annabel Teh. 2005. ”The Universal and the Particular in Qur’an Manuscripts from Southeast Asia”. Makalah untuk Oxford Centre for Islamic Studies, 18 Mei.
Gallop, Annabel Teh. 2005a. ”Manuscript Art of Kelantan: Between Terengganu and Patani”. Makalah dalam International Seminar: The Spirit and Form of Malay Design, Kuala Lumpur, Muzium Negara, 27-29 Juni.
Gallop, Annabel Teh. 2007. ”Migrating Manuscript Art: Sulawesi Diaspora Styles of Illumination”. Makalah dalam seminar di Universitas Sydney, Sydney, 21 Juni.
Gallop, Annabel Teh. 2007a. “The Art of the Qur’an in Brunei: A Preliminary Note”. Makalah Seminar Sejarah Borneo, Pusat Sejarah Brunei, 3-5 Desember.
Gallop, Annabel Teh. 2008a. ”The Art of Qur’an in Java: Some Preliminary Observations”. Makalah dalam Islamic Area Studies Conference, Kuala Lumpur, 22-24 November.
Gazali, M. “Ornamen Nusantara: Studi tentang Ornamen Mushaf Istiqlal”. Disertasi Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1998

Bacaan Terkait [tanda * belum terbit]
Fathoni, Ahmad. 2005. ”Mushaf Kuno Qiraat Imam Nafi’ Riwayat Qalun dari Yaman Selatan”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 3 (2): 204-218
Gallop, Annabel Teh. 2004. “Ottoman Influences in the Seal of Sultan Alauddin Riayat Syah of Aceh (r. 1589-1604)”. London, Indonesia and the Malay World, 32 (93): 176-190
Gallop, Annabel Teh. 2005. “Beautifying Jawi: Between Calligraphy and Palaeography”. Asmah Haji Omar (ed.), Malay Images, Universiti Pendidikan Sultan Idris, h. 194-233
Gallop, Annabel Teh. 2005a. ”Artists and Audiences: Illumination in Malay Literary Manuscripts”. Makalah untuk SOAS Southeast Asia Departemental Seminar, 25 Mei.*
Gallop, Annabel Teh. 2006. “Golden Words from Johor: A Royal Malay Letter from Temenggung Daing Ibrahim to Emperor Napoleon III of France”. Makalah dalam International Seminar on Malay Manuscripts, National Archives of Malaysia & National Library of Malaysia, Kuala Lumpur, 10-11 Juli.*
Gallop, Annabel Teh. 2007. “Was the Mousedeer Peranakan? In Search of Chinese Islamic Influences on Malay Manuscript Art”.*
Gallop, Annabel Teh. 2008. ”Palace and Pondok: Artistic Patronage on the East Coast of the Malay Peninsula”, makalah dalam Seminar Seni Ukir Kayu Melayu: Warisan Nik Rashiddin Nik Hussein, Kelantan, 24-26 November.*
Gallop, Annabel Teh. 2012. “Islamic Manuscript Art of the Philippines”*
Johns, A.H. 1996. “In the Language of the Divine: The Contribution of Arabic” dalam Ann Kumar and John H. McGlynn. 1996. Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia. Jakarta: Lontar Foundation - New York and Tokyo: Weatherhill, Inc.
Yunardi, Badri. 2006. ”Mushaf Qur’an Majid Zu Turjumah Bahasa Urdu”. Jakarta, Jurnal Lektur Keagamaan, 4 (2): 262-292
Zuriati. 2008. ”Ragam Motif pada Iluminasi Naskah-naskah Minangkabau” makalah dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XII, Manassa, Universitas Padjadjaran, Bandung, 4-7 Agustus 2008.

Sumber Online
"Qur'an-Qur'an dan ilmu Qur'an di Aceh": http://acehms.dl.uni-leipzig.de/servlets/MCRSearchServlet?mode=results&id=wcjtj733f312hadcow0r&page=1&numPerPage=10

Mengikuti Workshop

Mengikuti "Workshop on Islamic Arts of Southeast Asia"

Pada tanggal 20-24 Februari 2012 lalu saya mengikuti workshop di Kuala Lumpur, yang diadakan oleh SEAMEO-SPAFA (organisasi kementerian pendidikan dan budaya tingkat ASEAN yang bergerak dalam bidang seni dan arkeologi, berpusat di Bangkok) bekerja sama dengan Islamic Arts Museum Malaysia.

Senin, 16 April 2012

Qur'an tertua di Indonesia

Mushaf Al-Qur'an Tertua di Indonesia

Sejauh yang diketahui hingga sekarang, mushaf Al-Qur'an tertua yang kini terdapat di Indonesia adalah sebuah mushaf yang selesai ditulis pada hari Kamis, 21 Muharram 1035 H (23 Oktober 1625 M). Penulisnya, seperti yang tercantum pada kolofon di akhir mushaf, adalah Abd as-Sufi ad-Din. Ukuran mushaf 25 x 17 x 6,5 cm, jumlah 769 halaman, kertas dluwang (kulit kayu). Mushaf tersebut adalah milik Bapak Muhammad Zen Usman, Singaraja, Bali. Sebuah mushaf tertua lainnya, diperoleh tahun 1606 di Johor (sekarang Malaysia), kini terdapat di negeri Belanda.

Mushaf cetakan


Qur'an Cetakan Palembang, 1854

Kolofon Qur'an cetakan Palembang (berada di Masjid Dog Jumeneng, kompleks makam Sunan Gunung Jati, Cirebon) ini berbunyi:


Telah selesailah daripada menyurat Qur’an al-Azim ini pada hari Isnain empat belas hari bulan Zilqa’dah itungan ahadiyah daripada hijrah Nabi sallallahu alaihi wa sallam seribu dua ratus tujuh puluh [7 Agustus 1854] betul di dalam negeri Palembang di Kampung Pedatu'an dengan suratan faqir al-haqir al-mu’tarif biz-zanb wat-taqsir Kemas Haji Muhammad Azhari ibn Kemas Haji Abdullah ibn Kemas Haji Ahmad ibn Kemas Haji Abdullah ibn Mas Nuruddin ibn Mas Syahid ghafarallahu li wa lahum wa li-jami’il-muslimin. Amin.
 Catatan kolofon di bagian akhir mushaf.

Kolofon Mushaf Bugis di Masjid Sultan Riau, Penyengat
Ali Akbar <aliakbarkaligrafi@yahoo.com>

Kolofon pada halaman akhir salah satu mushaf al-Qur’an di Masjid Sultan Riau, Pulau Penyengat, berbunyi:

Minggu, 15 April 2012

Istanbul dari Bosphorus

Catatan dari Istanbul (3)

Memandang Istanbul dari Bosphorus

“Jka Anda belum pergi ke Bosphorus, berarti Anda belum ke Istanbul,” kata Dr Ismail Hakki Kadi, di tengah panas terik menjelang kami sampai di pinggir pantai. Dari Sultanahmet kami berjalan kaki saja, sejauh kira-kira setengah kilometer. Sepertinya jalan kaki sudah menjadi bagian hidup kota Istanbul, karena di pelosok mana pun di kota ini orang-orang selalu bersliweran berjalan kaki.

Berkunjung ke IRCICA

Catatan dari Istanbul (2)
Berkunjung ke IRCICA

Dalam kesempatan pergi ke Istanbul tanggal 25 Juli - 6 Agustus 2011 lalu saya sempat berkunjung ke kantor IRCICA (Research Centre for Islamic History, Art and Culture). Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga mengunjungi kantor ini. Betapa tidak. Saya secara rutin, dahulu, dikirimi Newsletter IRCICA sejak nomor-nomor awal, sekitar tahun 1985. Bahkan sepertinya sampai sekarang saya tetap dikirimi secara rutin, tapi karena tempat saya bekerja pindah, saya tidak lagi memperolehnya secara reguler - entah nyasar di mana.

Sabtu, 14 April 2012

Catatan dari Istanbul (1)

Mengunjungi “Turkish and Islamic Art Museum”, Istanbul

[Tulisan ini dimuat di Harian Repubika, Ahad, 25 September 2011, berjudul "Turkish and Islamic Art Museum, Istanbul". Perjalanan ke Istanbul ini disponsori oleh British Institute at Ankara (BIAA) - British Academy dan ASEASUK dalam rangka penelitian pengaruh Qur'an Turki Usmaniyah di Nusantara, yang merupakan bagian dari proyek yang mendalami hubungan Turki-Nusantara <http://www.ottomansoutheastasia.org/>. Terima kasih kepada Dr Andrew Peacock, Dr Annabel Teh Gallop, dan Dr Ismail Hakki Kadi yang memberikan jalan dan kemudahan untuk penelitian di Istanbul, 26 Juli - 6 Agustus 2011] 

SENIN, 25 Juli 2011, pukul 19.30 malam, pesawat Turkish Air yang saya tumpangi berangkat dari Jakarta, menuju Singapura untuk transit. Waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam. Penumpang dari Jakarta hanya sedikit, dan banyak sekali kursi kosong. Transit di Singapura selama sekitar satu jam, kemudian pesawat melanjutkan perjalanan panjangnya menuju Istanbul.
Pintu gerbang Istana Topkapi, Istanbul.

Kamis, 12 April 2012

Mengaji

Mengaji Al-Qur’an di Negeri Melayu pada Awal Abad ke-19:
Membaca Hikayat Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi

Untuk mengetahui tradisi mushaf dan aktivitas mengaji pada awal abad ke-19, khususnya di negeri Melayu (dalam hal ini Semenanjung Malaya), ada baiknya kita membaca catatan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Salah satunya ia catat dalam Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan. Edisi cetak batu kisah ini diterbitkan di Bandar Negeri Singapura, tahun 1254 H/1838 M. Dalam perjalanannya ke negeri Kelantan, ketika ia sampai di Pahang – seraya ia menyebutkan adanya rumah-rumah untuk belajar mengaji – bahwa kegiatan mengaji adalah “adat dalam segala negeri2 Melayu dalam dunia.” Kegiatan mengaji dilakukan sejak kecil. “Semuanya daripada kecilnya ia memulai mengaji Al-Qur’an,” meskipun “dengan tiada ia mengerti …”.
Halaman awal Hikayat Abdullah, cetakan litografi tahun 1849.
Tradisi Baca-Tulis Al-Qur'an pada Masa Lampau di Nusantara
  
Penyalinan mushaf bermula dari pengajaran baca-tulis huruf Arab, yang dilakukan di sekolah tradisional atau keluarga. Di Sulawesi Selatan, seperti ditulis oleh Anthony Reid, menyangkut sistem pengajaran baca tulis Al-Qur’an, anak-anak Makassar menghabiskan satu jam di pagi dan malam hari dengan ulama, yang mengajari mereka “bagaimana menilai, menerangkan Al-Qur’an, membaca dan menulis” dalam huruf Arab. Lebih lanjut, Islam di sini memperkenalkan huruf Arab untuk tujuan-tujuan agama dan lain-lain, tanpa mematikan sistem huruf lama mereka (ka-ga-nga). Untuk hal yang terakhir ini juga berlaku di Jawa.
Sedangkan di Aceh, sekitar tahun 1600, telah terdapat banyak sekolah tempat anak-anak lelaki belajar membaca Al-Qur’an dalam bahasa Arab. Sekolah agama seperti itu juga dilaporkan terdapat di Banten, Mindanau, dan Ternate, tempat kalangan bangsawan dan pedagang besar belajar membaca dan menulis huruf Arab.
Penyalinan dan Khazanah Mushaf di Nusantara

Dalam sebuah laporan penelitian dan digitalisasi naskah di tiga pesantren besar di Jawa Timur, ditemukan hanya ada tiga buah mushaf Al-Qur’an. Hal semacam itu juga ditemukan dalam digitalisasi naskah di sebuah pesantren di Magetan, Jawa Timur. Temuan sedikitnya naskah mushaf di pusat pendidikan Islam itu menimbulkan pertanyaan, apakah Al-Qur’an pada masa lampau memang jarang disalin, dan sedikit dipelajari? Berbeda dengan naskah fikih dan tasawuf yang di banyak ditemukan di berbagai tempat penyimpanan naskah. Katalog naskah koleksi Ali Hasjmy, Banda Aceh, menyebutkan bahwa naskah fikih mencapai 24%, tatabahasa 16%, tasawuf 15%, dan tauhid 13%, sementara naskah Al-Qur’an hanya 7%. Persentase ini dapat menimbulkan kesan bahwa pada masa lampau Al-Qur’an “kalah populer” dibandingkan fikih dan tasawuf. Tulisan singkat ini ingin sedikit memberikan gambaran mengenai tradisi penyalinan mushaf di masa lampau, khususnya pada abad ke-19 di Nusantara.

Tradisi Mushaf di Lombok

Tradisi Mushaf Al-Qur’an di Lombok
[Ali Akbar - aliakbarkaligrafi@yahoo.com

Artikel ini bisa juga diunduh di: http://academia.edu/3092390/Tradisi_penyalinan_mushaf_Al-Quran_di_Lombok
 
Tulisan singkat ini akan memfokuskan pada tradisi mushaf di Lombok, namun pada bagian awal akan menampilkan tradisi mushaf kawasan ‘tetangganya’ di sebelah timur, yaitu Sumbawa dan Bima, yang masih merupakan satu provinsi, Nusa Tenggara Barat. Beberapa mushaf dari kedua daerah ini, yang pada zaman dahulu merupakan kesultanan, menjadi bahan bandingan yang penting untuk melihat keragaman tradisi mushaf dari kawasan ini.
Koleksi Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Mataram.

Mushaf Bahriyah (Turki)

Dalam perbincangan tentang mushaf al-Qur'an di Indonesia, lebih khususnya mengenai "Mushaf al-Qur'an Standar Indonesia", istilah "Mushaf Bahriyah" akan sering disebut, karena masuk dalam salah satu 'jenis' Qur'an yang distandarkan di Indonesia (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar_26.html). Meskipun demikian, banyak orang bertanya-tanya, seperti apakah sesungguhnya 'Mushaf Bahriyah' itu?