Sejak ditetapkan pada 1984, Mushaf Standar Braille dalam waktu yang cukup lama tidak memiliki pedoman yang secara lebih terperinci mengatur cara membaca dan menulis Al-Qur’an Braille. Akibatnya, ditemukan sejumlah perbedaan pandangan di kalangan para penerbit maupun praktisi. Oleh karena itu muncul upaya untuk melakukan kajian dan telaah dalam bentuk lokakarya dan workshop yang dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kementerian Agama RI bersama beberapa lembaga dan komunitas penggiat pembelajaran Al-Qur’an Braille. Hasil dari sejumlah pertemuan tersebut adalah buku Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur’an Braille edisi pertama yang diterbitkan oleh LPMQ pada tahun 2012 (unduh: https://www.academia.edu/6401887/Pedoman_Membaca_dan_Menulis_Al_Quran_Braille).
Khazanah Mushaf al-Qur'an Nusantara
Blog untuk kajian sejarah dan seni mushaf al-Qur'an di Asia Tenggara. Semua foto dibuat oleh penulis, kecuali disebut sumbernya. Terbit sejak 2012.
Sabtu, 20 April 2024
Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur'an Braille Edisi Penyempurnaan
Selasa, 05 Maret 2024
Tiga kertas 'ProPatria' dalam satu mushaf
Pada kertas Eropa, watermark (cap kertas) selalu berpasangan dengan countermark (cap tandingan). Watermark (yang biasanya berupa gambar) terletak di sebelah kiri, dan countermark (yang biasanya berupa huruf singkatan atau kata) terletak di sebelah kanan. Untuk memastikan suatu pasangan cap kertas, ketika hendak mengidentifikasi, kita wajib terlebih dahulu mencari tengah kuras naskah. Ini untuk memastikan bahwa lembar kertas sebelah kiri bersambung dengan lembar sebelah kanan. Tidak bisa tidak!
Lidi Ijuk Pohon Aren
Çava Kalemi: Lidi Aren
Sebenarnya lidi tersebut bukanlah lidi daun, tetapi lidi pada bagian ijuk pohon aren. Lidinya hitam, keras, dan lurus. Sebagian pohon aren menghasilkan lidi yang besar, dengan lebar batang lidi hingga 5-6 milimeter.
Pohon aren tidak tumbuh hanya di Pulau Jawa, tetapi di seluruh daerah tropis Asia Tenggara. Oleh karena itu, istilah yang lebih tepat sebenarnya bukan 'Pena Jawa', tetapi 'Pena Jawi'. Dalam perspektif Jazirah Hijaz masa lalu, yang dimaksud 'Jawi' bukanlah Pulau Jawa, tetapi Nusantara, yaitu kawasan Islam Asia Tenggara.
Senin, 28 Agustus 2023
Penyalin Qur'an (6): Haji Abdul Karim, Riau, 1833
Tidak banyak penyalin Qur'an abad ke-19 yang dapat dikenali pada abad ke-21 ini, terlebih di kawasan Melayu. Kebanyakan penyalin Qur'an tidak mencantumkan namanya, barangkali, karena tidak ingin menonjolkan diri. Salah satu penyalin Riau yang dapat kita kenali namanya saat ini adalah Haji Abdul Karim yang menyalin di Daik, Pulau Lingga, Kepulauan Riau, seperti terbaca jelas dalam kolofon di akhir mushaf ini. Karya tulisnya cukup halus, dari awal hingga akhir mushaf. Tampak jelas bahwa Haji Abdul Karim bin Abbās bin Abdurraḥmān bin Abdullāh al-Banjār adalah penyalin terlatih. Sayang sekali, sebagaimana penyalin lainnya pada abad ke-19, riwayat hidupnya tidak dapat ditelusuri lagi. Mushaf ini selesai ditulis pada hari Jumat, 13 Jumadil Awal 1249 H (27 September 1833).
Sabtu, 31 Desember 2022
Mushaf dengan Catatan Riwayat Qalun
Pada Oktober 2021 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kementerian Agama RI menerbitkan "Mushaf Al-Qur'an Riwayat Hafs dari Imam 'Asim Disertai Catatan Pinggir Riwayat Qalun dari Imam Nafi' Tariq Syatibiyah" - demikian judul lengkap mushaf ini.