Senin, 28 Agustus 2023

Haji Abdul Karim

Para Penyalin Qur'an (4)

Haji Abdul Karim, Pulau Lingga

Tidak banyak penyalin Qur'an abad ke-19 yang dapat dikenali pada abad ke-21 ini, terlebih di kawasan Melayu. Kebanyakan penyalin Qur'an tidak mencantumkan namanya, barangkali, karena tidak ingin menonjolkan diri. Salah satu penyalin Riau yang dapat kita kenali namanya saat ini adalah Haji Abdul Karim yang menyalin di Daik, Pulau Lingga, Kepulauan Riau, seperti terbaca jelas dalam kolofon di akhir mushaf ini. Karya tulisnya cukup halus, dari awal hingga akhir mushaf. Tampak jelas bahwa Haji Abdul Karim bin Abbās bin Abdurraḥmān bin Abdullāh al-Banjār adalah penyalin terlatih. Sayang sekali, sebagaimana penyalin lainnya pada abad ke-19, riwayat hidupnya tidak dapat ditelusuri lagi. Mushaf ini selesai ditulis pada hari Jumat, 13 Jumadil Awal 1249 H (27 September 1833). 

Sabtu, 31 Desember 2022

Riwayat Qalun

 Mushaf dengan Catatan Riwayat Qalun

Pada Oktober 2021 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kementerian Agama RI menerbitkan "Mushaf Al-Qur'an Riwayat Hafs dari Imam 'Asim Disertai Catatan Pinggir Riwayat Qalun dari Imam Nafi' Tariq Syatibiyah" - demikian judul lengkap mushaf ini. 


Sabtu, 04 September 2021

Harga Qur'an

Berapakah Harga Sebuah Manuskrip Qur'an 
pada Masa Lampau?

Informasi tentang harga sebuah manuskrip Qur'an pada masa lampau cukup langka. Saya memperoleh riwayat dari Pak Lukman (60-an tahun), asal Losari, Cirebon, yang sejak menikah tinggal di Cakung, Jakarta Timur. Pak Lukman mengatakan (1-9-2021) bahwa ayahnya pernah mengatakan kepadanya bahwa kakeknya (buyutnya Pak Lukman, bernama Yahya, seorang kiai di Losari) mengatakan bahwa mushaf miliknya dibeli dengan seekor kerbau! Semasa kecilnya, Pak Lukman sempat melihat mushaf tersebut, namun sayangnya, sekarang tidak tahu lagi di mana. Jika diperkirakan bahwa satu generasi itu 30 tahun, maka Kiai Yahya hidup pada akhir abad ke-19.
Mushaf Qur'an koleksi Elang Panji Jaya, Cirebon.

Jumat, 01 Januari 2021

Cetakan Kemenag 1967

"Qur'an '60-an" (2)

Pada tahun 1967 Kementerian Agama RI melalui Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an menerbitkan mushaf dengan pengantar Menteri Agama KH Saifuddin Zuhri. "Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an adalah salah satu yayasan yang dibentuk oleh Departemen (sekarang 'Kementerian') Agama dengan tugas kewajiban menterjemah dan mentafsir Al-Qur'an serta memperbanyak tersebarnya Al-Qur'an di Tanah Air kita Indonesia," demikian bunyi satu paragraf mukadimah Ghazali Thayib, ketua yayasan ini. Penerbitan mushaf ini merupakan hasil kerja sama dengan Percetakan Yamunu, Jakarta.

Jumat, 09 Oktober 2020

Cetakan Kemenag 1960

"Qur'an '60-an (1)"

Tepat pada Hari Pahlawan 10 November 1960 Menteri Agama K.H. Muhammad Wahib Wahab mengeluarkan tanda tashih untuk mushaf yang diterbitkan oleh Kementerian (waktu itu 'Departemen') Agama sendiri. Format tanda tashihnya berbeda dengan yang berlaku dewasa ini. Tanda tashih dikeluarkan dan ditandatangani oleh Menteri Agama, disertai empat nama pentashih. Sedangkan Kepala Lajnah Pentashih Mashaf (sicAl-Qur'an di bagian bawah, H. Muhammad Saleh Suaidi, memberikan himbauan agar umat Islam memelihara kesucian mushaf. Tanda tashih ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Arab (halaman recto) dan bahasa Indonesia di sebaliknya (verso). 

Dari karakter huruf teks Al-Qur'annya yang tebal, kita ketahui bahwa mushaf ini merupakan reproduksi mushaf Bombay. Rupanya, mushaf inilah yang sering disebut sebagai "Qur'an Tahun '60-an" sebagai bahan penyusunan Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia. Sayang sekali, kondisi mushaf ini tidak lengkap. Bagian awal dan akhir mushaf telah hilang. Namun, untung-nya, lembar tanda tashih yang telah koyak tersimpan di tengah mushaf. 

Tanda tashih versi bahasa Indonesia.


Minggu, 17 Mei 2020

Bibliografi Mushaf Standar (2)

Beberapa Sumber Baru tentang Mushaf Standar Indonesia

Pada post beberapa tahun lalu tentang bibliografi Mushaf Standar Indonesia (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/04/bibliografi-mushaf-standar-indonesia.html) ada empat tulisan yang bisa dibaca untuk mengenal 'mushaf khas Indonesia' ini. Belum lama ini terbit empat buku yang bisa dipelajari lebih jauh untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Mushaf Standar Indonesia. Semuanya diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia. Buku-buku dalam format pdf ini bisa diunduh melalui tautan yang tersedia:
1. Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (2017): https://www.academia.edu/43084864/Buku_Sejarah_Penulisan_Mushaf_Standar_Indonesia. Buku ini disusun oleh para pentashih Lajnah, berisi pengenalan Mushaf Standar, latar belakang penetapannya, jenisnya, disertai lampiran dokumen-dokumen langka yang cukup lengkap.  
2. Tanya-Jawab tentang Mushaf Standar Indonesia dan Layanan Pentashihan (2019): https://www.academia.edu/43084896/Buku_Tanya_Jawab_tentang_Mushaf_Standar_Indonesia. Ini merupakan buku praktis dengan model tanya-jawab seputar Mushaf Standar serta layanan pentashihan yang di antaranya mencakup prosedur layanan, tashih online, dan pengawasan mushaf.
3. Pedoman Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (2019): https://www.academia.edu/43077641/Pedoman_Pentashihan_Mushaf_Al-Quran. Buku ini memuat beberapa materi tentang pentashihan, baik yang bersifat kebijakan maupun teknis. Buku diharapkan menjadi panduan teknis bagi para pentashih, penerbit Al-Qur'an, dan siapa saja yang menaruh minat kepada proses penerbitan mushaf.
4. Penyempurnaan Penulisan Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia (2018): https://www.academia.edu/43077433/PENYEMPURNAAN_PENULISAN_RASM_USMANI_MUSHAF_STANDAR_INDONESIA_KEMENTERIAN_AGAMA_RI. Buku kecil ini berisi surat keputusan Kepala Lajnah tentang penyempurnaan penulisan 180 kata rasm usmani dalam Mushaf Standar.

Senin, 11 Mei 2020

Ar-Raniri?

Jangan langsung percaya (12)
Ditulis oleh ar-Raniri?

Sekali lagi, jika Anda pergi ke museum—suatu tempat yang seharusnya tidak ada informasi yang salah—jangan langsung percaya kepada semua informasi yang disajikan! Kita perlu kritis. Bahkan, lebih dari itu, juga jangan langsung percaya kepada semua tulisan yang terdapat di manuskrip! Untuk memperoleh informasi yang autentik, kita perlu menimbang-nimbang gaya tulisan, alat tulis, tinta, kertas, jilidan, atau aspek kodikologis lainnya.
Gambar 1. Tulisan di sebuah manuskrip Qur'an.