Ciri khas kaligrafi Qur’an
Banten
Naskah-naskah Qur’an Banten memiliki ciri khat Naskhī yang dapat dikatakan istimewa
dalam tradisi penyalinan mushaf Nusantara―sesuatu yang belum ditemukan dalam
tradisi kaligrafi di wilayah lain. Dari beberapa mushaf
yang ada, kita dapat menemukan “gaya tulisan Banten”.
Secara
umum, para penyalin Qur'an di Banten pada masa lalu dapat dikatakan cukup konsisten dengan gaya Naskhī khasnya, dan gaya khat ini ditemukan di sejumlah naskah di beberapa
tempat. Khat tersebut terlihat tidak hanya untuk menulis
teks Al-Qur'an, yang biasanya dianggap lebih istimewa, namun juga untuk menulis
terjemahannya dalam bahasa Jawa (PNRI A.54).
Mushaf Banten koleksi PNRI (A.50). (Foto atas kebaikan James Bennett).
PNRI A.50
PNRI A.52
Selanjutnya, naskah-naskah
Banten koleksi PNRI A.52, A.53, dan A.54 (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/banten-2-koleksi-perpustakaan-nasional.html#more) yang merupakan corak kedua dari gaya Naskhī Banten. Sebenarnya, gaya
Naskhī dalam ketiga naskah ini juga
mempunyai ciri umum yang tidak jauh berbeda dengan ketiga naskah yang kita
bandingkan di atas. Secara umum terlihat jelas benang merahnya, hanya saja
beberapa bagian tampak cukup menonjol perbedaannya, misalnya yang paling kuat
adalah ekor waw, ra’ dan mim akhir yang
ditarik menjulur turun. Gejala tersebut berbeda dengan ketiga naskah lainnya
yang pada huruf yang sama umumnya ditarik mendatar atau agak ke atas. Ciri-ciri di atas juga tampak dalam dua buah Al-Qur'an yang ditemukan di
Banten sendiri.
Gaya Naskhī Banten corak kedua ini cukup dekat kepada gaya Muhaqqaq yang berciri utama menjulurkan dengan lepas ekor-ekor huruf waw, ra’, dan mim akhir. Muhaqqaq merupakan suatu gaya yang selama berabad-abad banyak dipakai untuk menyalin Al-Qur'an secara luas, terutama di kawasan India, Persia, Irak, dan Mesir. Khat Naskhī Banten corak kedua ini dipakai di beberapa mushaf, paling tidak tiga mushaf di PNRI, dan dua mushaf di Banten.
Sesuatu yang patut disayangkan, sampai saat ini belum terungkap bagaimana tradisi penyalinan naskah itu berlangsung di Banten pada masa dahulu, misalnya di mana dan bagaimana keadaan skriptoriumnya. Dari beberapa mushaf Banten koleksi PNRI, demikian pula di beberapa tempat yang merupakan koleksi masyarakat di Banten sendiri, terlihat benang merah ciri khas tulisannya, dan itu menunjukkan bagaimana tradisi tulis tersebut diwariskan dengan baik.
Naskah-naskah Qur'an Banten, selain koleksi Perpustakaan Nasional RI, juga terdapat di beberapa tempat di Banten, serta Museum Institut PTIQ, Jakarta. Temuan lainnya, baru-baru ini, juga terdapat di Perpustakaan Iman Jama, Jakarta. Koleksi di dua lembaga terakhir ini bukan merupakan mushaf lengkap, tetapi hanya terdiri atas beberapa kuras (kelompok lembaran), dalam ukuran naskah cukup besar, seperti halnya mushaf-mushaf Banten lain pada umumnya.
Lebih lanjut, juga terkait dengan aspek iluminasinya, silakan lihat artikel Annabel Teh Gallop dan Ali Akbar, “The art of the Qur’an in Banten: Calligraphy and Illumination” (Archipel 72, Paris 2006, pp. 95-156): http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_2006_num_72_1_4028
Gaya Naskhī Banten corak kedua ini cukup dekat kepada gaya Muhaqqaq yang berciri utama menjulurkan dengan lepas ekor-ekor huruf waw, ra’, dan mim akhir. Muhaqqaq merupakan suatu gaya yang selama berabad-abad banyak dipakai untuk menyalin Al-Qur'an secara luas, terutama di kawasan India, Persia, Irak, dan Mesir. Khat Naskhī Banten corak kedua ini dipakai di beberapa mushaf, paling tidak tiga mushaf di PNRI, dan dua mushaf di Banten.
Sesuatu yang patut disayangkan, sampai saat ini belum terungkap bagaimana tradisi penyalinan naskah itu berlangsung di Banten pada masa dahulu, misalnya di mana dan bagaimana keadaan skriptoriumnya. Dari beberapa mushaf Banten koleksi PNRI, demikian pula di beberapa tempat yang merupakan koleksi masyarakat di Banten sendiri, terlihat benang merah ciri khas tulisannya, dan itu menunjukkan bagaimana tradisi tulis tersebut diwariskan dengan baik.
Naskah-naskah Qur'an Banten, selain koleksi Perpustakaan Nasional RI, juga terdapat di beberapa tempat di Banten, serta Museum Institut PTIQ, Jakarta. Temuan lainnya, baru-baru ini, juga terdapat di Perpustakaan Iman Jama, Jakarta. Koleksi di dua lembaga terakhir ini bukan merupakan mushaf lengkap, tetapi hanya terdiri atas beberapa kuras (kelompok lembaran), dalam ukuran naskah cukup besar, seperti halnya mushaf-mushaf Banten lain pada umumnya.
Lebih lanjut, juga terkait dengan aspek iluminasinya, silakan lihat artikel Annabel Teh Gallop dan Ali Akbar, “The art of the Qur’an in Banten: Calligraphy and Illumination” (Archipel 72, Paris 2006, pp. 95-156): http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_2006_num_72_1_4028
Artikel terkait:
- "Qur'an Banten koleksi PNRI (1): http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/04/banten-mushaf-asal-banten-koleksi.html#more
- "Qur'an Banten koleksi PNRI (2): http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/08/banten-2-koleksi-perpustakaan-nasional.html#more
- "Mushaf al-Bantani, 2010": http://quran-nusantara.blogspot.com/2013/01/mushaf-al-bantani.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar