Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia terdiri atas tiga jenis, yaitu Mushahaf
Standar Usmani, Mushaf Standar Bahriyah, dan Mushaf Braille. Tulisan ini akan
menjelaskan tentang para penulis mushaf standar, khususnya Mushaf Standar
Usmani dan Mushaf Standar Bahriyah.
Mushaf Standar Usmani pertama kali ditulis oleh Muhammad Syadzali Sa'ad
pada tahun 1973-1975 (1394-1396 H). Namun, sebagai "Mushaf al-Qur'an
Standar Indonesia" dengan 'rasm usmani' baru diresmikan pada tahun 1984
sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 25 tahun 1984
tentang Penetapan Mushaf Al-Qur'an Standar Mushaf Al-Qur'an yang ditulis oleh
Muhammad Syadzali ini, dalam contoh di bawah, diterbitkan oleh Maktabah
Sa'adiyah Putra, Jakarta, 1985. Di samping menulis "Mushaf Al-Qur'an
Standar Indonesia" edisi pertama, kaligrafer Muhammad Syadzali juga
menulis mushaf 30 juz lainnya, yaitu "Mushaf Indonesia" (ada yang
menyebut “Mushaf Pertamina”) atas pesanan Ibnu Sutowo yang selesai ditulis
tahun 1979. Muhammad Syazali lahir di Tangerang, 1913 dan wafat 1979. Semasa
hidupnya Syazali tinggal di Jl. Kenari, Jakarta Pusat, hingga akhir hayat.
Cover Mushaf Standar Usmani karya Muhammad Syazali, 1985.
“Mushaf Indonesia” karya Muhammad Syazali Saad, 1979.
Sementara
itu, Mushaf Standar Bahriyah ditulis oleh kaligrafer M. Abdul Rozak Muhili,
kelahiran Lengkong Legok, Tangerang, 31 Desember 1914 dan wafat 1992. Ia mulai
aktif menulis kaligrafi sejak berusia 9 tahun ketika menuntut ilmu di Pesantren
Kebagusan, Banten. Sejak saat itu ia terus menulis, dan bekerja di percetakan hingga
tahun 1935. Pada tahun 1960 ia hijrah ke Surabaya untuk bekerja di percetakan
Salim Nabhan. Diperkirakan ia telah menulis sekitar 500 buku berbahasa Arab. Ia
pun menulis kaligrafi untuk masjid, antara lain Masjid Raya Aceh, Masjid
Istiqlal, sebuah masjid di Padang, Kendari, Tangerang, Palembang, dan
Banjarmasin. Sebuah mushaf Al-Qur’an hasil karyanya diterbitkan oleh Toko Buku
Lubuk Agung, Bandung, yang diselesaikan selama dua tahun lebih, 1986-1988. Dua
anaknya yang mengikuti jejaknya sebagai kaligrafer, yaitu Muhammad Faiz dan
Abdul Wasi’.
Mushaf Standar Bahriyah karya
Abdul Rozak Muhili, 1988.
M Abdul
Rozak Muhili (1914-1992).
Mushaf Standar Usmani "ditulis ulang" dengan huruf yang tebal
oleh Ustaz Baiquni Yasin dan tim pada tahun 1999-2001. Ustaz Baiquni Yasin
adalah cucu Muhammad Syazali, penulis Mushaf Standar Usmani “edisi pertama”. Penulisan
ulang Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia dengan huruf yang tebal, konon,
karena permintaan masyarakat yang menyukai huruf tebal, seperti halnya huruf mushaf
cetakan Bombay. Penulisan mushaf ini dikerjakan oleh beberapa kaligrafer,
sehingga bila diperhatikan, karakter huruf dalam mushaf ini tidak seragam.
Sebagaimana tertulis di akhir Mushaf Standar Usmani “edisi kedua” ini, naskah
asli mushaf ini disalin dengan biaya Yayasan Iman Jama, Jakarta, sebagai wakaf
untuk kaum muslimin, atas kerja sama dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Kementerian Agama Republik Indonesia
Mushaf Standar Usmani tulis ulang karya
Baiquni Yasin dan tim, terbit 2004.
Penulisan kembali Mushaf Standar Usmani
Sejak sekitar satu dasawarsa belakangan ini, tahfiz Al-Qur’an tumbuh subur
di Indonesia, tidak hanya di lingkungan pesantren, namun juga sekolah-sekolah,
dari TK hingga perguruan tinggi. Mushaf Standar Usmani yang paling banyak
digunakan masyarakat, selama ini tidak merupakan mushaf pojok. Oleh karena itu,
Lajnah menulis kembali master Mushaf Standar Usmani dalam format mushaf pojok. Model ini dianggap sesuai dengan kebutuhan banyak
kalangan umat Islam Indonesia saat ini yang gemar menghafalkan Qur'an.
Penulisan kembali dalam format 15 baris per halaman itu secara resmi
dimulai pada tanggal 17 Rajab 1436 H/ 6 Mei 2015 M, bersamaan dengan perayaan
Milad ke-18 Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal. Ayat pertama Bismillāh
ar-Rahmān ar-Rahīm ditulis oleh Menteri Agama H. Lukman Hakim
Saifuddin dan Direktur Pusat Studi Al-Qur’an Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, sebagai
tanda dimulainya penulisan.
Menteri Agama (kiri) dan Prof M Quraish Shihab (kanan) meresmikan dimulainya
penulisan mushaf pada perayaan Milad ke-18 BQMI, 6 Mei 2015.
Mushaf Standar yang ditulis sesuai dengan rasm usmani dilakukan
Ustaz H. Isep Misbah, seorang kaligrafer nasional berpengalaman, kelahiran Sukabumi,
Jawa Barat, 1974. Berbeda dengan dua "edisi" sebelumnya, Mushaf Standar
Usmani “edisi ketiga” ini ditulis dengan format “Al-Qur’an Pojok”, setiap
halaman terdiri atas 15 baris. Model ini dianggap sangat memudahkan para
penghafal Al-Qur’an. Jadi, dapat dikatakan bahwa mushaf ini merupakan
perpaduan antara Mushaf Standar Usmani yang selama ini bukan “mushaf pojok” dengan Mushaf
Standar Bahriyah yang merupakan “mushaf pojok”. Dewasa ini, perpaduan dua ciri mushaf tersebut tampaknya menjadi penting, dan mendesak, karena, pertama, kegemaran untuk menghafal Al-Qur'an sejak sekitar satu dasawarsa terakhir tumbuh subur di Indonesia. Kedua, perlunya Mushaf Standar dengan ciri seperti itu ditulis oleh kaligrafer Indonesia sendiri. Selama ini, sejak sekitar satu dasawarsa terakhir itu, Mushaf Standar Usmani "pojok" yang diterbitkan oleh "semua" penerbit Al-Qur'an di Indonesia merupakan modifikasi Mushaf Madinah karya Usman Taha. Ia adalah seorang kaligrafer asal Syria yang bekerja di Mujamma' Malik Fahd, di Saudi Arabia, selama puluhan tahun hingga sekarang.
Sebagaimana semua mushaf yang terbit di Indonesia, jenis tulisan yang
digunakan adalah Naskhi, suatu gaya khat yang sangat populer dan sudah akrab di
mata umat Islam Indonesia dan mayoritas umat Islam dunia. Pemilihan jenis khat
ini juga berdasarkan karakter tulisan Naskhi yang tampak formal, mudah dibaca, namun
tidak kehilangan pesona estetis kaligrafi Islam. Sementara, tulisan pelengkap
seperti nama surah, halaman sampul dan lainnya menggunakan khat Tsuluts.
Pemilihan jenis khat ini dengan mempertimbangkan aspek estetis dan kelaziman
dalam penulisan mushaf Al-Qur’an.
Ustadz H Isep Misbah tengah menulis Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia.
Untuk master mushafnya, kertas yang digunakan memiliki standar kualitas
tinggi, yaitu merek “Renoir” 250 gram, buatan Korea Selatan. Kertas ini
bertekstur halus dan tahan akan kelembaban cuaca, sehingga memudahkan proses
penulisan. Ukuran kertas 60 x 90 cm, dengan ruang tulisan 35 x 59 cm.
Adapun tintanya adalah merek “Liquitex Ink” buatan Amerika Serikat. Selain
berwarna pekat, tinta ini tidak luntur (waterproof), dan tahan lama.
Alat tulis yang digunakan adalah “qalam Jawi” dari batang
induk ijuk pohon aren, dan pena yang terbuat dari batang handam (sejenis
tanaman pakis). Kedua jenis tanaman ini tumbuh subur di alam tropis Nusantara.
Penggunaan alat tulis tradisional ini, di samping untuk mempertahankan tradisi
penulisan kaligrafi klasik, juga dari sisi estetika dan kualitas goresan
hasilnya jauh lebih baik daripada alat tulis modern semisal pena logam atau
spidol. Proses penulisan diperkirakan memakan
waktu tiga tahun. [Ali Akbar]
- "Haji Abdul Karim": https://quran-nusantara.blogspot.com/2023/08/haji-abdul-karim.html
- "Para Penulis Mushaf Standar Indonesia": https://quran-nusantara.blogspot.com/2018/09/penulis-mushaf-standar.html
- "Al-Ḥāfiẓ ʻUṡmān (1642-1698)": https://quran-nusantara.blogspot.com/2016/08/hafiz-usman.html
- "Mushaf Al-Qur'an karya Safaruddin": https://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-karya-safaruddin.html
- "Para Penulis Qur’an di Indonesia: Penelusuran Awal": https://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/para-penulis-mushaf-di-indonesia.html
- "Mushaf Al-Qur'an Karya Ustadz Rahmatullah": https://quran-nusantara.blogspot.com/2012/11/mushaf-karya-rahmatullah.html
- "Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia karya Muhammad Syadzali Sa'ad": https://quran-nusantara.blogspot.com/2012/10/mushaf-al-quran-standar-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar