Tidak banyak penyalin Qur'an abad ke-19 yang dapat dikenali pada abad ke-21 ini, terlebih di kawasan Melayu. Kebanyakan penyalin Qur'an tidak mencantumkan namanya, barangkali, karena tidak ingin menonjolkan diri. Salah satu penyalin Riau yang dapat kita kenali namanya saat ini adalah Haji Abdul Karim yang menyalin di Daik, Pulau Lingga, Kepulauan Riau, seperti terbaca jelas dalam kolofon di akhir mushaf ini. Karya tulisnya cukup halus, dari awal hingga akhir mushaf. Tampak jelas bahwa Haji Abdul Karim bin Abbās bin Abdurraḥmān bin Abdullāh al-Banjār adalah penyalin terlatih. Sayang sekali, sebagaimana penyalin lainnya pada abad ke-19, riwayat hidupnya tidak dapat ditelusuri lagi. Mushaf ini selesai ditulis pada hari Jumat, 13 Jumadil Awal 1249 H (27 September 1833).
Wa kāna
al-farāgh min naktubu hāżā al-muṣḥaf al-mubārak fī jazīrat Singkep allażī huwa
dā’irat bandār al-balad al-Dā’ī fī hijrat an-Nabī ṣallallāhu ta’ālā ‘alaihi wa
sallam sanat 1249 kepada tiga belas hari bulan Jumadi al-Awwal pada hari Jum’at
waktu asar wa kātibuhā faqīr al-ḥaqīr ilallāhi Rabbihi al-Qadīr al-Ḥaj
Abd al-Karīm ibn Abbās ibn Abdurraḥmān ibn Abdullāh al-Banjār ghafarallāhu lahu
āmīn wa li-wālidaihi, āmīn. Tamm.
|
Awal mushaf (tidak lengkap). |
|
Awal Surah al-Isra'. |
|
Halaman akhir mushaf. |
|
Kolofon di akhir mushaf. |
(Foto-foto: Mustopa dan Zainal Arifin Madzkur)
Artikel terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar