Sebuah manuskrip Al-Qur’an yang indah terdapat dalam koleksi
Museum Purna Bhakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Koleksi itu, berdasarkan ciri fisiknya,
tampak ada kemiripan dengan “Kanjeng Kiai Qur’an” yang merupakan Mushaf Pusaka
Keraton Yogyakarta (lihat: http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/quran-pusaka-keraton-yogyakarta.html). Mushaf Al-Qur’an ini berukuran 41,5 x 25 cm, tebal 7,5 cm, dengan
cap kertas Honig & Zoonen.
Mushaf Al-Qur'an ini telah mengalami penjilidan ulang, dan mengalami pemotongan di bagian pinggir mushaf. Hal itu tampak karena bagian pinggir halaman iluminasi ada yang terpotong, dan setiap halaman permulaan juz yang juga beriluminasi dilipat untuk menghindari potongan kertas pada saat penjilidan kedua itu. Penjilidan kedua dilakukan oleh "Albrecht & Rusche, Batavia-Solo", seperti tertera di bagian bawah cover belakang, kemungkinan pada awal abad ke-20. Kanjeng Kiai Qur'an bersampul kulit, dengan demikian, pantas diduga bahwa mushaf ini pun semula bersampul kulit.
Pada bagian depan terdapat kolofon dalam tulisan pegon (Arab-Jawa) berbunyi “Punika Qur’an … kagungan [Qur'an ini milik] Dalem Kanjeng Bendara Raden Mas Tumenggung Wirya Hadiningrat Surakarta – Haji Abdul Hadi”. Kolofon ini memperlihatkan bahwa mushaf ini kemungkinan disalin di Surakarta. Adapun Haji Abdul Hadi yang tertera pada akhir kolofon tersebut belum diketahui sosoknya.
Jika memperhatikan kaligrafi Qur’an ini, yang ditulis secara konsisten dari awal hingga akhir mushaf, tampak bahwa Kanjeng Kiai Qur'an dan mushaf ini ditulis oleh orang yang sama. Di dalam kolofon Mushaf Pusaka Keraton Yogyakarta itu disebutkan bahwa penyalin mushaf adalah Ki Atma Perwita, seorang abdi dalem punakawan. Jadi, kemungkinan besar, berdasarkan goresan penanya, mushaf ini juga disalin oleh Ki Atma Perwita.
Dalam hal iluminasi, keduanya agak berbeda pola – dan itu menunjukkan kreativitas senimannya – namun tampak bahwa teknik pembuatannya sama. Jenis kaligrafi unik yang digunakan pada halaman iluminasi juga tampaknya dikerjakan oleh seniman yang sama. Hal itu tampak dari pilinan-pilinan khas Jawa pada bagian kepala surah mushaf ini.
Pada bagian depan terdapat kolofon dalam tulisan pegon (Arab-Jawa) berbunyi “Punika Qur’an … kagungan [Qur'an ini milik] Dalem Kanjeng Bendara Raden Mas Tumenggung Wirya Hadiningrat Surakarta – Haji Abdul Hadi”. Kolofon ini memperlihatkan bahwa mushaf ini kemungkinan disalin di Surakarta. Adapun Haji Abdul Hadi yang tertera pada akhir kolofon tersebut belum diketahui sosoknya.
Jika memperhatikan kaligrafi Qur’an ini, yang ditulis secara konsisten dari awal hingga akhir mushaf, tampak bahwa Kanjeng Kiai Qur'an dan mushaf ini ditulis oleh orang yang sama. Di dalam kolofon Mushaf Pusaka Keraton Yogyakarta itu disebutkan bahwa penyalin mushaf adalah Ki Atma Perwita, seorang abdi dalem punakawan. Jadi, kemungkinan besar, berdasarkan goresan penanya, mushaf ini juga disalin oleh Ki Atma Perwita.
Dalam hal iluminasi, keduanya agak berbeda pola – dan itu menunjukkan kreativitas senimannya – namun tampak bahwa teknik pembuatannya sama. Jenis kaligrafi unik yang digunakan pada halaman iluminasi juga tampaknya dikerjakan oleh seniman yang sama. Hal itu tampak dari pilinan-pilinan khas Jawa pada bagian kepala surah mushaf ini.
Kulit depan.
Kolofon di bagian depan mushaf.
Setiap permulaan juz beriluminasi.
Iluminasi tengah mushaf pada permulaan Surah al-Kahf.
Kaligrafi kepala surah.
Iluminasi (detail).
Iluminasi akhir mushaf.
Kulit belakang.
Artikel terkait:
"Kanjeng Kiai Qur'an: Pusaka Keraton Yogyakarta": https://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/quran-pusaka-keraton-yogyakarta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar